Find Us On Social Media :

Tolak Kebijakan Anti-Imigran Trump, Perusahaan IT Justru Beri Gaji Terendah untuk Pekerja Imigran

By Mentari Desiani Pramudita, Selasa, 14 Februari 2017 | 13:02 WIB

Silicon Valley, daerah yang banyak perusahaan yang bergerak dibidang komputer dan semikonduktor.

Intisari-Online.com- Sebuah survei mengungkapkan jika calon pekerja keturunan Afrika-Amerika yang bekerja di industri teknologi mendapat bayaran rendah. Biayanya sekitar 115.000 US Dollar (Rp1,53 miliar) pertahun.

Survei ini didapat dari 280.000 permintaan wawancara dari situs online di San Fransisco dan New York. Ada lebih dari 5.000 perusahaan dan 45.000 calon pekerja yang berpartisipasi.

Hasilnya, 50% calon pekerja keturunan Afrika-Amerika rata-rata ditawar kurang dari 115.000 US Dollar. Sementara orang Latin mendapat rata-rata 25% atau kurang dari 120.000 US Dollar (Rp1,59 miliar).

( Jangan Takut )

Usia menjadi salah satu faktor utama. Calon pekerja yang usianya di atas 45 tahun mendapat tawaran gaji lebih sedikit daripada calon pekerja yang usianya jauh lebih muda. Sementara perusahaan akan menawarkan gaji untuk calon pekerja muda rata-rata 132.000 US Dollar (Rp1,75 miliar).

Hasil survei ini tentu menjadi paradoks bagi industri ini. Sebab, industri teknologi selalu membanggakan diri menjadi sebuah industri yang hanya memandang kecerdasan, ambisi, dan kerja keras tanpa melihat jenis kelamin, ras, dan kebangsaan.

(Kemampuan Multibahasa Bikin Gaji Lebih Legit )

Silicon Valley, julukan bagi daerah selatan dari San Fransisco Bay Area karena memiliki banyak perusahaan yang bergerak dibidang komputer dan semikonduktor, sedang berjuang untuk membawa lebih banyak perempuan dan kaum minoritas agar bisa masuk pada industri ini.

Sebab, dari analisis ditemukan jika industri teknologi lebih banyak mempekerjakan laki-laki berkulit putih dan pekerja dari Asia daripada perempuan dan kaum lain. Pekerja berkulit putih di San Fransisco dan New York menerima gaji rata-rata 125.000 US Dollar (Rp1,66 miliar).