Find Us On Social Media :

Filipina akan Batasi Akses Warganya Terhadap Data Cuaca, Kenapa?

By Mentari Desiani Pramudita, Kamis, 9 Februari 2017 | 16:01 WIB

Proyek PAGASA.

Intisari-Online.com- Siapa yang tidak suka hal yang gratis? Rasanya tidak ada. Namun untuk beberapa hal, tidak semua bisa diberi secara gratis. Misalnya data cuaca yang masih mentah. Sebab, jika salah maka ini akan mempengaruhi beberapa orang.

DOST (Departement of Science and Technology) Filipina telah mengawasi dua proyek yaitu NOAH dan PAGASA. Hal ini tentang kebijakan ‘Data Sharing Policy’ yang memperbolehkan publik mengakses data mengenai cuaca secara mentah.

(Tinggal Sendirian di Area Bersalju, Pria Ini Catat Data Cuaca Selama 4 Dekade)

Sebenarnya, kebijakan ini baik. Apalagi untuk publik yang ingin mengetahui kondisi cuaca. Hanya saja tidak secara mentah. Harus ada otorisasi yang mengaturnya. Salah sedikit, data ini bisa disalahgunakan oleh pihak yang bertanggungjawab.

Kepala divisi cuaca dan operasi PAGASA (Philippine Atmospheric Geophysical and Astronomical Services Administration), Esperanza Cayanan, telah mengakui bahwa situs web mereka tidak memiliki arsip yang bisa diakses publik secara mentah dan gratis.

Menurutnya, semua data di website adalah data untuk siklus tropis di tahun-tahun terakhir. “Para peneliti kami ingin memberikan data yang spesifik, tapi sistemnya offline dari data bank kami,” jelas Cayanan.

(Benarkah Ada Dampak Cuaca Ekstrim dan Gangguan Kesehatan Saat Supermoon?)

Cayanan juga menyetujui jika seluruh data mentah seharusnya hanya diberikan kepada organisasi atau badan yang memiliki keahlian teknis untuk menangani informasi dengan benar.

Sehingga, PAGASA dengan bijaksana membatas akses ke data mentah, yang hanya dapat diambil jika ia secara pribadi pergi ke arsip lembaga ini. Bahkan di kantor PAGASA, ada poster yang bertuliskan jika ingin meminta data, harap mengisi formulir dan membayar akses. Askes bervariasi.

Alasan penting dibalik pembatasan ini adalah ketika seseorang meminta data mentah, satelit akan memberikannya dalam bentuk pixel. Tidak semua orang dapat memahami pixel tersebut. “Sehingga butuh orang yang ahli dan mengerti itu semua,” ucap Raymond Patrick Maximo, seorang vulkanologis. Tambahan lagi, takutnya ada orang yang menyalahgunakan sistem terbuka ini untuk hal-hal yang kurang baik, sambungnya.

(Mengenal SEMAR, Sistem Pemantau Cuaca Ekstrem Laut Keluaran Terbaru LAPAN)

Laporan ini juga didukung oleh proyek NOAH. Para ilmuan NOAH percaya jika sistem terbuka yang mereka kerjakan telah melewati berbagai serangkaian prosedur sehingga bisa dipercaya. Tapi jika ingin diadopsi dengan benar oleh pemerintah, maka mereka akan setuju. Apalagi jika alasannya adalah akurasi dan tanggungjawab.