Find Us On Social Media :

Belum Pernah Latihan Terjun Payung, LB Moerdani Nekat Memimpin Penyerbuan Kota Padang Dari Udara

By Agustinus Winardi, Kamis, 19 Juli 2018 | 18:00 WIB

Intisari-online.com - Pada Februari 1958 pemerintahan RI yang belum lama terbebas dari penjajahan Belanda dilanda pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) yang berbasis di Sumatera Barat.

Aksi pemberontakan itu terpaksa ditangani oleh pemerintahan pusat RI yang berkedudukan di Jakarta di bawah pimpinan Presiden Soekarno secara militer karena PRRI tidak mau berunding secara damai.

Semua pasukan Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI/TNI)  pun dikerahkan) melalui operasi pendaratan pasukan baik dari lautan maupun  penerjunan pasukan dari udara.

Operasi tempur berskala besar bersandi Operasi Tegas itu dipimpin oleh Mayjen Abdul Haris Nasution.

Tujuan utama penyerbuan pasukan komando dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) adalah untuk menguasai Bandara Padang melalui oeprasi kilat selanjutnya pasukan RPKAD akan terus bergerak untuk menguasai kota padang dan sekitarnya.

BACA JUGA: Digembleng Militer AS, Benny Moerdani Kerap Bikin Stres Anak Buah karena Inginkan Intelijen Harus Sanggup Bekerja di Luar Batas Kemampuan

Bandara Padang yang berhasil dikuasai juga akan menjadi tempat bagi penurunan logistik dan pasukan-pasukan lain yang diangkut menggunakan pesawat-pesawat transpor.

Untuk melaksanakan operasi penyerbuan udara (airborne) pasukan yang akan dikerahkan adalah Kompi A RPKAD di bawah pimpinan Lettu Leonardus Benny (LB) Moerdani.

Tapi pasukan Kompi A RPKAD memiliki masalah karena Lettu Benny yang lulusan Akademi Militer Nasional, meski sudah menjadi komandan ternyata belum pernah latihan terjun terjun  sementara semua anak buahnya sudah mahir terjun.

Latar belakang Lettu Benny belum memiliki kualifikasi sebagai penerjun adalah karena ketika diadakan latihan terjun payung di Pusdik RPKAD di Batujajar, Bandung, Benny tidak bisa ikut lantaran  sedang sakit.

Padahal nntuk mendapatkan kualifikasi sebagai pasukan penerjun (Para), seorang prajurit RPKAD harus mengikuti pendidikan Sekolah Para dan baru dinyatakan pasukan Para jika sudah terjun 9 kali.

BACA JUGA: Dibuat Kecewa, Benny Moerdani Pernah Banting Baret Merah Kebanggaan Kopassus di Hadapan Komandannya

Pendidikannya pun bertahap mulai dari cara melompat dari pesawat menggunakan pesawat tiruan di darat, teknik jatuhnya kaki dan berguling, teknik mengendalikan parasut, teknik melipat parasut, teknik  menggunakan parasut cadangan, teknik terjun tempur  dan lainnya.

Tapi Lettu Benny yang harus memimpin pasukannya untuk menyerbu Padang dalam waktu secepatnya tidak sempat mengikuti latihan terjun  dan hanya belajar singkat teori terjun payung dari rekannya Letda Soeweno yang sudah lulus Sekolah Para.

Dengan modal sekedarnya tentang teori terjun payung itu, Lettu Benny pun ‘nekat’ memimpin anak buahnya untuk menyerbu Bandara Padang.

Operasi lintas udara yang dilancarkan pasukan RPKAD untuk menguasai Bandara Padang ternyata berhasil gemilang.

Lettu Benny yang terjun menggunakan parasut statis, yakni parasut yang akan membawa penerjunnya turun ke tanah tanpa perlu dikendalikan, ternyata bisa mendarat selamat dan langsung memimpin pasukannya untuk bertempur.

BACA JUGA: Jauh-Jauh ke Sulawesi, Pasukan RPKAD Terpaksa Menerima Kenyataan Pahit Harus Bertempur Melawan Rekan Sendiri

Pasukan RPKAD pimpinan Lettu Benny bahkan terus maju dan berhasil menguasai Pekan Baru, Riau dan para pasukan pemberontak PRRI terpaksa mundur kocar-kacir dan sebagian besar di antaranya memilih untuk menyerah.

(Sumber:  Benny Moerdani Yang Belum Terungkap, Tempo-KPG, 2015. Benny Moerdani Profil Prajurit Negarawan, Julius Pour, Yayasan Kejuangan Panglima Besar Soedirman 1993)