Kado Ulang Tahun Istimewa dari Google untuk Pramoedya Ananta Toer

Ade Sulaeman

Penulis

Kado ulang tahun istimewa Google untuk Pramudya Ananto Toer

Intisari-Online.com -Hari ini Pramoedya Ananto Toer merayakan ulang tahunnya ke-91. Ada kado ulang tahun istimewa dari Google untuknya. Jika kita membuka mesin penari Google hari ini, di sana kita akan menemukan ilustrasi seorang laki-laki berambut putih, berkacamata, dan berkaus. Laki-laki itu digambarkan tengah mengetik pada mesin tik manual.

(Google Doodle Hari Ini Rayakan Ulang Tahun Dewi Sartika)

Pram lahir pada 6 Februari 1925 di Blora, Jawa Tengah, danmeninggal pada 31 April 2006 lalu akibat komplikasi diabetes dan penyakit jantung.

Tak hanya menulis novel, Pram juga menulis cerita, jurnal, dan kronik sejarah.ia kerap mengkritik pemerintah melalui karya-karyanya, sehingga kerap bersinggungan dengan penguasa di masanya.

Ilistrasi Pram di Google Doodle

Pram sudah merasakan dinginnya sel tahanan sejak Belanda masih menjajah Indonesia. Rezim Soekarno pun tak akur dengan Pramoedya Ananta Toer. Begitu pula rezim Soeharto yang menyensor berbagai tulisannya, menudingnya sebagai komunis, hingga memenjarakannya di Pulau Buru selama 30 tahun.

Di antara banyak karya tulis Pramoedya, satu yang paling terkenal, bahkan hingga ke mancanegara, adalah Tetralogi Buru.

Tetralogi Buru sendiri merupakan novel yang terdiri atas empat judul, yakni Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca. Tetralogi ini berkutat soal kehidupan Minke, nama lain dari Raden Mas Tirto Adhi Soerjo, yang dianggap sebagai tokoh pers dan kebangkitan nasional Indonesia.

Proses penulisannya menyisakan sebuah cerita yang menarik. Pasalnya, Pram menulis Tetralogi Buru semasa ia ditahan dan diasingkan di Pulau Buru, Maluku. Bahkan, kala itu Pram sama sekali tidak diberi akses untuk mendapatkan pena, kertas atau alat tulis lain.

Semasa pembatasan akses tersebut, Pram menceritakan garis besar naskah Tetralogi Buru secara lisan pada kawan-kawannya sesama tahanan. Detail-detail Tetralogi Buru baru ditulis oleh Pram saat dia diperbolehkan menulis di tahanan dan mendapatkan akses alat tulis. Saa itu, Pramoedya merupakan satu-satunya tahanan yang mendapat pinjaman mesin tulis.

Pada 1979, Pramoedya Ananta Toer dibebaskan dari tahanan dan dinyatakan tidak bersalah serta tidak terlibat Gerakan 30 September (G-30-S)—beberapa orang menyebutnya Gerakan Satu Oktober (Gestok). Meski bebas, naskah Tetralogi Buru tidak dengan mudah ikut bebas keluar dari Pulau Buru. Pasalnya setiap tahanan yang dipulangkan selalu mengalami penggeledahan.

Naskah tersebut berhasil sampai ke Jakarta dengan selamat atas bantuan kawan-kawan Pram di tahanan. Mereka membantu menyelundupkan dan menyembunyikan naskah tersebut agar terhindar dari penggeledahan tersebut.

Hingga saat ini, empat judul dari Tetralogi Buru itu seluruhnya masih beredar dan bisa dibaca. Begitu juga beberapa karya lainnya, seperti Arok Dedes, Mangir, Bukan Pasar Malam, dan Gadis Pantai.

Selamat ulang tahun, Pram. Karyamu abadi!

Artikel Terkait