Find Us On Social Media :

Kesalahan Diambil, Kesuksesan Diberikan ke Orang Lain

By K. Tatik Wardayati, Rabu, 25 Januari 2017 | 20:01 WIB

Dr. Abdul Kalam dan Prof. Satish Dhawan

Intisari-Online.com – Itulah salah satu ciri khas tindakan mulia yang dilakukan seorang pemimpin atau leader. Ini pula yang  membedakannya dari seorang bos.

Bos umumnya memiliki karakter sebagai “tukang perintah” yang cenderung memanfaatkan bawahannya untuk mencapai target. Akibatnya, tak jarang bawahan merasa takut dan tertekan. Sedangkan pemimpin akan memberdayakan dan membimbing bawahan dan akan senang jika berhasil memberdayakan mereka. Tak heran bila bawahannya menaruh hormat dan respek.

Seorang bos akan memuji dan mengunggulkan namanya, atas segala karya atau keberhasilan karyawannya dan menganggap itu  adalah keberhasilan yang ia buat sendiri. Sedangkan pemimpin akan selalu menghargai prestasi orang lain dan mendukung bawahan, tanpa mengatasnamakan diri sendiri.

Pelajaran dari India

Kesaksian tentang bagaimana sikap pemimpin sejati pernah dikisahkan oleh mantan Presiden India Dr. APJ Abdul Kalam, saat berbicara pada Wharton India Economic forum, Philadelphia, 22 Maret 2008.

Sebelum akhirnya dipercaya rakyat India menjadi presiden ke-11, pria bernama lengkap Avul Pakir Jainulabdeen Abdul Kalam (15 Oktober 1931 – 27 Juli 2015) ini, sudah malang melintang mengemban beberapa jabatan penting. Dikenal sebagai  ilmuwan India terkemuka, Kalam memperoleh gelar insinyur teknik penerbangan dari Institut Teknologi Madras pada 1958. Setelah itu ia menjadi anggota Defence Research and Development Organisation (DRDO).

Menurut pengakuan Dr. APJ Abdul Kalam, kunci suksesnya sebagai pemimpin bangsa tak lepas dari pelajaran yang dia petik langsung dari para pemimpinnya terdahulu. Salah satu pengalamannya yang selalu dikenangnya adalah pada 1973, ketika ia diberi tugas sebagai kepala proyek peluncuran satelit India SLV-3. Atasannya langsung saat itu adalah Direktur Indian Space Research Organization, Prof. Satish Dhawan. Targetnya tahun 1980 Satelit “Rohini” harus sudah mengorbit.

Agustus 1979 timnya menyatakan peluncuran Satellite Launch Vehicle (SLV) -3 siap dilaksanakan. Sebelum peluncurkan Dr. Kalam sudah stand by di pusat kontrol. Menit-menit menjelang peluncuran ia melihat ada yang tidak beres di komputer. Namun tim ahlinya meyakinkan Abdul Kalam, tidak usah khawatir. Toh demi amannya, akhirnya Kalam memutuskan mengubah mekanisme peluncuran dengan sistem manual.

Roket diluncurkan. Pada tahap awal roket berhasil lancar mengudara. Sayang, beberapa saat selanjutnya roket tidak menuju orbit yang sudah diprogramkan, melainkan melenceng jauh, malah akhirnya terjun ke Teluk Bengali. Ini sebuah kegagalan besar yang amat memalukan. Tak hanya bagi Dr. Kalam tapi juga mencoreng negaranya.

Sekitar 45 menit setelah peristiwa itu Prof. Satish Dhawan, mengadakan konferensi pers di pusat peluncuran satelit, Sriharikota. Seorang diri Prof. Dhawan, menghadapi jajaran wartawan. Ia mengambil alih tanggungjawab atas kegagalan itu, meski sesungguhnya ini merupakan kegagalan Abdul Kalam sebagai pemimpin proyek.

Benarlah. Sesuai janji Prof. Satish, Juli 1980 program peluncuran satelit ini kembali dilaksanakan dan sukses. Masyarakat India bersorak kegirangan. Segera setelah itu kembali diadakan konperensi pers. Kali ini Prof. Dhawan memanggil Abdul Kalam. “Sekarang kamu yang memimpin konperensi pers.”

Mendapat kehormatan ini Abdul Kalama amat terharu. “Hari ini saya mendapat pelajaran luar biasa. Ketika terjadi kegagalan, pemimpin sebuah tim mengakui itu kesalahannya. Namun ketika meraih keberhasilan, ia katakan itu adalah sukses anak buahnya. Sebuah pelajaran menajemen terbaik ini tidak saya peroleh dari buku pelajaran, melainkan dari pengalaman sendiri. “ (*/djs)