Find Us On Social Media :

Rope Acces, Pasukan Langit Pembersih Gedung-gedung Tinggi

By Hery Prasetyo, Rabu, 25 Januari 2017 | 12:00 WIB

Para petugas rope acces saat membersihkan kaca Menara Kompas, Sabtu (21/1/2017).

Intisari-Online.com - Mereka bergelantungan di gedung-gedung tinggi. Tak ada rasa takut atau gentar, meski hanya mengandalkan kekuatan seutas tali. Merekalah pasukan langit yang biasa kita lihat membersihkan kaca-kaca gedung-gedung tinggi di kota-kota besar atau secara umum disebut rope acces.

Aksi mereka sering membuat decak kagum orang yang melihatnya. Sebab, mereka berani menantang bahaya dengan bergelantungan di ketinggian. Bahkan, terkadang yang menyaksikan yang merasa khawatir dan linu. Sementara, mereka asyik-asyik saja.

Demikian yang diceritakan lima pasukan langit petugas rope acces yang Sabtu (21/1/2017) membersihkan kaca-kaca di Menara Kompas, Jl Palmerah Selatan, Jakarta Pusat.

"Kami asyik-asyik saja dengan pekerjaan kami," kata Budiman, salah satu dari lima rope acces kepada Intisari-Online.com. Dia dan teman-temannya bernaung di perusahaan rope acces yang berada di Makassar, Sulawesi Selatan.

"Sudah sekitar lima tahun kami bekerja seperti ini dan senang," timpal Rahmad.

Modal keberanian

Menurut mereka, modal utama pekerja rope acces adalah keberanian dan tak punya rasa takut di ketinggian. Selebihnya, mereka baru mempelajari teknik-teknik menggunakan tali di ketinggian dan pelajaran lain.

"Sebenarnya semua orang bisa, asal tidak takut ketinggian dulu," jelas Budiman.

Ramad menambahkan, teknik sebagai rope acces sama dengan pemanjat tebing dan caving. Rata-rata pekerja rope acces berlatar belakang petualang yang suka memanjat tebing, naik gunung, dan menyusuri goa (caving).

"Prosedurnya juga sama, termasuk soal keamanan dan etika, serta cara-caranya. Kami tidak hanya bekerja membersihkan kaca, tapi juga memasang perekat di sela-sela antara kaca," jelas Budiman.

Menurutnya, standarnya berada di atas sekitar 4 sampai 5 jam. Selebihnya tidak direkomendasikan, karena tidak bagus kalau sudah mulai kelelahan.

"Kami juga harus bisa membaca cuaca dan angin. Jika terpaksa pada saat bekerja datang angin besar, maka paling cepat kami harus berhenti. Kalau berada di tengah-tengah, maka kami akan mencari jendela dan masuk untuk istirahat dan menunggu angin tenang," jelas Toni.

Bayaran dan pengalaman

Menurut mereka, selama ini belum pernah mengalami insiden berarti atau pengalaman-pengalaman unik. Sebab, semua perhitungan sudah dilakukan dengan seksama, menyangkut keamanan atau prediksi cuaca.

"Kalau tertiup angin kencang dan tergoyang-goyang biasa. Kami sudah tahu bagaimana mengatasi berbagai situasi," tambahnya.

"Lagi pula, kami tak boleh sembarangan. Kuncinya pada kecermatan dan ketelitian, juga konsentrasi. Maka, kami tak pernah memperhatikan yang ada di dalam gedung dan itu tidak etis. Konsentrasi sangat perlu, karena ini termasuk pekerjaan bahaya," jelas Budiman.

Soal bayaran, sudah ada peraturan menteri yang mengaturnya. Saat ini, rata-rata mereka mendapat bayaran Rp300 ribu sampai Rp350 ribu per hari.

"Kami tidak hanya bekerja di Makassar atau Jakarta, tapi juga di kota-kota lain tergantung ordernya. Rata-rata bayaran yang kami terima ya segitu," terang Rahmad.

Soal asuransi sudah tentu menjadi kewajiban perusahaan, karena pekerjaan mereka berisiko. Karena senang, mereka merasa nyaman dengan pekerjaannya, karena berkaitan dengan hobi mereka.