Penulis
Intisari-Online.com- Semua makhluk hidup pasti akan menemui ajal alias mati.
Pertanyaannya apa definisi mati itu?
Dunia Kedokteran menetapkan tiga fase kematian.
Mulai dari mati klinis, mati otak, hingga fase final kematian secara biologis di mana jasad jadi kaku dan proses pembusukan dimulai.
Tapi menegaskan seseorang sudah meninggal secara medis bukanlah hal mudah.
Ada proses panjang dan sebagian masih tidak dimengerti, menuju fase final orang benar-benar dianggap mati secara biologis.
Mati Klinis dan Mati Suri
Fase pertama disebut mati klinis ditandai dengan berhentinya pernapasan dan detak jantung.
Baca Juga:Remaja Ini Terpaksa Melahirkan di Jalan Setelah Diusir Orangtua dan Ditolak RS
Pada fase ini, impuls dari otak memudar dan panca-indera tidak lagi bereaksi.
Jika orang dipasangi alat kedokteran, akan terlihat di monitor bahwa kurvanya datar dan tidak lagi berdetak.
Pada fase ini sering terjadi near-death experience (NDE).
Di Indonesia, NDE juga dikenal sebagai mati suri.
Orang yang sudah dinyatakan "mati klinis" dan kemudian hidup kembali sering menceritakan hal yang mirip.
Mereka melihat bahwa "roh" terbang keluar dari raga.
Melihat pemandangan indah dan cemerlang dari atas.
Kesaksian beberapa orang menyebut bahwa mereka melihat ada seberkas cahaya terang di ujung terowongan.
Baca Juga:Ending Bahagia, Tak Hanya Perintahkan Rumah Zohri Direnovasi Jokowi juga Mengundangnya ke Istana
Beberapa kasus medis membuktikan, ada orang yang sudah dinyatakan mati klinis selama beberapa menit, bisa hidup kembali setelah menjalani proses reanimasi klinis.
Misalnya dengan masase jantung, pemberian napas buatan, penggunaan defibrilator dan tindakan kedokteran lainnya.
Ada yang kemudian hidup sehat tapi ada pula yang mengidap dampak kesehatan.
Mati Otak
Baca Juga:Biasa Digembleng Melampui Batas, Pasukan Khusus Jadi Mudah 'Terangsang' Jalankan 'Mission Imposible'
Fase kedua kematian disebut Mati Otak.
Pada tahapan ini semua fungsi otak berhenti.
Pasien biasanya masih bisa "hidup" karena dibantu alat-alat kedokteran, seperti alat pernapasan alat pacu jantung dan lainnya. Para dokter biasanya memutuskan pengambilan organ tubuh penting untuk didonorkan pada fase kedua ini.
Pertimbangnnya, organ-organ penting masih berfungsi pada fase ini, walau tidak ada kendali dari otak.
Baca Juga:Lagi, Nama Indonesia Harum di Dunia Internasional, Kini Lewat Olimpiade Matematika
Namun banyak orang mengkritik praktek cangkok organ Tubuh tersebut.
Mereka melontarkan keberatan, karena fase mati otak juga sulit ditegaskan secara pasti.
Sayangnya, jika menunggu kematian fase ketiga, yakni kematian biologis, organ tubuh yang diambil juga tidak ada gunanya lagi, karena sudah mati.
Mati Biologis
Baca Juga:Yuk, Buat Senyum Menawan dengan 4 Cara Hilangkan Keriput di Sekitar Mulut!
Fase kematian biologis ditandai dengan kematian milyaran sel-sel tubuh.
Karena tidak ada regenerasi sel, tanda-tanda kematin jelas terlihat.
Kulit jasad menunjukkan bercak-bercak kematian dan jasad menjadi kaku.
Proses pembusukan juga dimulai dan berlangsung cepat.
Baca Juga:Anggrek Hitam Papua, Si Eksotis Yang harganya Bikin Klenger
Pada fase ini sudah tidak diragukan lagi. bahwa makhluk hidup sudah mati.
Tapi manusia adalah makhluk sosial dan beradab.
Dalam berbagai agama maupun tradisi, ada ritual mengenang dan menghormati anggota keluarga yang sudah meninggal. Bahkan di jaman internet sekarang ini, orang yang meninggal pun masih tetap hidup walau secara virtual.
(Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Apa Itu Kematian? Begini Definisinya Menurut Medis")
Baca Juga:Inilah Fakta Perawan Pemetik Teh di China yang Rupanya Memiliki Gaji Cukup Besar!