Find Us On Social Media :

Jeli dan Sigap Mendeteksi Infeksi Dengue

By Tika Anggreni Purba, Minggu, 22 Januari 2017 | 06:00 WIB

Lakukan 6 Langkah Ini untuk Mencegah DBD

Intisari-online.com - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mencatat, ada sekitar 155.927 kasus dengue per September 2016. Dari seluruh kasus itu 1.296 kasus berakhir dengan kematian.

Kelompok usia yang paling banyak terjangkit diketahui adalah usia 15-44 tahun, yaitu 39,04 %. Sementara data WHO menunjukkan, sepanjang 2004-2010, Indonesia menempati peringkat kedua kasus dengue tertinggi di dunia setelah Brasil.

Seperti kita tahu, dengue tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penularannya disebarkan oleh nyamuk yang sudah terinfeksi dengue. Perantara virus ini adalah nyamuk aedes aegypti dari genus flavivirus, famili flaviviridae.

“Sekali gigitan saja dari nyamuk yang terinfeksi, seseorang bisa langsung terinfeksi dengue. Kemudian nyamuk yang sama menggigit orang yang berbeda, sehingga risiko penularan semakin tinggi, “ jelas Prof. Dr.dr. Sri Rezeki Hadinegoro Sp.A (K), staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Itulah sebabnya, dalam satu rumah bisa jadi beberapa anggota keluarga terinfeksi bersamaan.

Kesulitan dalam menanggapi kondisi infeksi dengue ada dua. Pertama, sulit dideteksi dini gara-gara gejalanya tidak khas. Kedua, tanpa pengujian lebih lanjut, sulit untuk memilah infeksi dengue yang dialami termasuk virus jenis yang mana. Karena virus dengue terdiri dari empat tipe, yaitu Den-1, Den-2, Den-3, Den-4. Keempatnya juga bisa menimbulkan gejala yang sama dan dapat mengakibatkan gejala yang berat.

Situasi lainnya yang juga sering terjadi dalam menanggapi infeksi dengue adalah mengabaikan gejala tidak khas itu dan tidak melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Padahal perjalanan penyakit DBD sangat cepat, terlambat sebentar saja penderitanya bisa masuk keadaan kritis.

Kadang kita kesulitan mendeteksi infeksi dengue, karena biasanya gejalanya sama dengan infeksi-infeksi virus lain. Cara sederhana untuk mendeteksinya adalah melihat kondisi demam. Kalau disertai batuk dan pilek, kemungkinan besar infeksi virus flu. Kalau demam tanpa disertai gejala lain, kita boleh curiga sebagai infeksi dengue.

(Fakta-fakta Seputar Nyamuk Aedes Aegypti si Penyebar DBD)

Demam gara-gara dengue juga biasanya muncul tiba-tiba. Pagi hari masih segar, tapi tiba-tiba siang hari sudah demam. Tubuh juga terasa lemas tidak bertenaga, walau demam sudah turun. Kalau kondisinya sudah seperti ini, sebaiknya langsung diperiksa di rumah sakit.

Setelah dicurigai DBD, pemantauan terhadap pasien harus betul-betul ketat. Untuk diagnosis lanjutan, WHO memberi satu pedoman khusus untuk menegakkan diagnosis  tentang DBD. Yakni  jika sudah muncul gejala klinis seperti demam, pembesaran hati, perdarahan, dan syok. Ditambah lagi, bila hasil tes darah menunjukkan trombosit menurun.

DBD semakin berbahaya jika sudah muncul perdarahan pada kulit (bintik merah), mimisan, gusi berdarah, bahkan buang air besar berdarah. Suhu tubuh yang menjadi dingin, terutama di tangan dan kaki, juga patut diwaspadai. Apalagi kalau disertai dengan gelisah, tidak nafsu makan, kejang, sesak napas, dan kesadaran menurun.

Agar tidak terlambat, pastikan kondisi tubuh selalu terpantau. Soalnya, gejala demam 1-2 hari belum bisa dikatakan DBD. Kondisi bahaya bisa terjadi jika demam berlanjut di hari ke-3 sampai ke-5. Di masa itulah perlu pemantauan ketat.

(Inilah Kesalahan saat Fogging yang Sebabkan DBD Tak Kunjung Hilang)