Penulis
Intisari-Online.com -Ketika Presiden Soekarno sudah menjabat sekitar 20 tahun, selain dikenal sebagai presiden yang revolusioner, ia juga dikenal memiliki banyak teman.
Teman-teman Bung Karno bukan hanya para tokoh di dalam negeri tapi juga luar negeri dengan berbagai latar belakang budaya dan ideologi.
Salah satu teman Bung Karno yang kadang berposisi sebagai kawan sekaligus lawan adalah Duta Besar AS untuk Indonesia, Howard Jones.
Howard Jones memang teman akrab Bung Karno karena suka berkunjung hanya untuk sekedar berdiskusi sambil makan nasi goreng buatan istri Bung Karno, Hartini. atau membicarakan masalah yang serius.
Tapi diam-diam Howard Jones juga merupakan ‘mata-mata’ bagi AS dan CIA karena Bung Karno pada saat yang sama sesungguhnya merupakan target CIA untuk dilenyapkan karena diyakini pro komunis.
Salah satu tujuan utama Jones dalam berteman adalah membujuk Bung Karno yang pada 1960-an merupakan tokoh yang diperhitungkan dunia agar mau menuliskan kisah hidupnya (biografi).
Namun Bung Karno selalu menolak karena menurut dirinya, kisah hidupnya yang masih akan panjang belum layak untuk ditulis.
Seperti dikutip dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat IndonesiaBung Karno bahkan berpendapat kisah hidupnya akan menarik untuk ditulis jika dirinya sudah mati.
Upaya untuk membujuk Bung Karno agar mau ditulis biografinya dengan cara diwawancara bahkan datang dari petugas pers Istana Presiden Siel Rohmulyati, tapi lagi-lagi Bung Karno malah marah dan tidak mau ditulis biografi.
Namun suatu hari pada 1961, tanpa diduga Bung Karno bertemu dengan wartawati asal AS, Cindy Adams namanya, yang sedang ke Jakarta menemani suaminya.
Suami Cindy adalah pelawak Joey Adams dan saat itu sedang bertugas memimpin Misi Kesenian Presiden John F Kennedy ke Asia Tenggara.
Wartawati yang menurut Bung Karno cantik, rapi, memiliki rasa humor tinggi dan sangat menawan itu segera membuat hati Bung Karno luluh dan akhirnya bersedia untuk diwawancara dan ditulis.
Akhirnya Cindy Adams tidak hanya mewancarai Bung Karno tapi justru diperkenankan menulis biografi Bung Karno, apalagi setelah didesak terus oleh Howard Jones.
Buku tentang Bung Karno yang kemudian terbit pada 1965 di New York AS bertajuk, Sukarno An Autobiography As Told To Cindy Adams.