Penulis
Intisari-Online.com – Pada hari pertamanya di kantor, Presiden masuk untuk memberikan pidato pelantikannya. Seseorang berdiri. Dia adalah seorang bangsawan kaya. Dan, inilah kisah ayah sang presiden.
Bangsawan kaya itu mengatakan, "Bapak Presiden, Anda tidak boleh lupa bahwa ayahmu melayani untuk membuat sepatu bagi keluarga saya." Dan seluruh Senat tertawa; mereka pikir mereka telah membodohi Presiden.
Tetapi orang yang berbesar hati, sama sekali berbeda. Presiden memandang pria itu langsung di matanya dan berkata, “Pak, saya tahu bahwa ayah saya melayani untuk membuat sepatu pada keluarga Anda, karena ia membuat sepatu dengan cara yang tidak dapat dilakukan orang lain."
"Ia adalah seorang kreator. Sepatunya tidak hanya sepatu; ia menuangkan seluruh jiwanya ke dalam sepatu buatannya. Saya ingin bertanya, apakah Anda memiliki keluhan? Karena saya tahu bagaimana membuat sepatu sendiri. Jika Anda memiliki keluhan apa pun saya bisa membuatkan Anda sepasang sepatu. Tapi, sejauh yang saya tahu, tak seorang spesialis pun pernah mengeluh tentang sepatu buatan ayah saya. Ia adalah seorang jenius, pencipta besar, dan saya bangga pada ayah saya.”
Seluruh Senat dalam ruangan itu membisu. Mereka tidak memahami pria seperti Presiden itu. Ia bangga karena ayahnya melakukan pekerjaannya dengan baik, sehingga tidak ada satu keluhan pun yang pernah didengar.
Tidak ada yang bisa menyakiti kita tanpa persetujuan kita. Ini bukan soal apa yang terjadi pada kita adalah salah kita, tetapi respons kita yang menyakiti kita sendiri.