Intisari-Online.com – Ada sebuah cerita mengenai seorang anak laki-laki yang secara rutin mengikuti latihan sepakbola di sekolahnya. Oleh karena kemampuan bermainnya belum memadai, selama ini dia belum pernah diikutsertakan dalam pertandingan. Sementara berlatih anak ini selalu ditemani oleh ayahnya yang duduk menunggu di pojok lapangan.
Pertandingan besar segera dimulai dan berlangsung selama empat hari. Anak laki-laki ini tidak muncul untuk latihan selama perempat dan semifinal. Dia muncul pas saat final dan menghampiri pelatihnya serta berkata, "Pelatih, selama ini saya hanya latihan dan tidak pernah diizinkan untuk bertanding."
Pelatihnya lalu menjawab, "Maaf, saya tidak dapat mengizinkan kamu bermain di pertandingan final ini. Masih banyak yang lebih baik dari kamu. Dan kita harus menjaga reputasi klub ini."
Anak laki-laki ini kembali memohon dengan berkata, "Saya tidak akan mengecewakan Bapak, saya akan bermain sebaik mungkin. Mohon beri saya kesempatan kali ini saja." Dengan terpaksa sang pelatih akhirnya memberi kesempatan.
Ketika pertandingan dimulai, anak ini ternyata mampu bermain dengan sangat luar biasa. Beberapa kali bola yang dioper padanya dapat ditembakkan ke gawang lawan dan mencetak banyak gol. Semua orang kagum dengan penampilannya. Saat pertandingan usai pelatihnya segera menghampirinya dan berkata, "Saya tidak pernah melihat kamu bermain sebaik ini, apa yang membuat kamu menjadi seperti tadi?”
Anak ini menjawab, "Karena hari ini Ayah saya menyaksikan saya bertanding." Pelatih tersebut berpaling dan melihat ke arah pojok tempat biasa ayah anak laki-laki itu duduk, dan ternyata tempat itu kosong. Anak itu berkata pada pelatihnya, "Saya tidak pernah memberi tahu selama ini bahwa ayah saya buta, empat hari yang lalu ia meninggal dan ini hari yang pertama ia dapat meilhat saya bermain bola dari atas.”
Seorang ayah selalu ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun, dan selalu membutuhkan kehadirannya.
Seorang ayah membiarkan anaknya menang dalam permainan ketika anaknya masih kecil, tapi ia tidak ingin anaknya membiarkannya menang ketika anaknya sudah besar.
Ayah selalu tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang memotret.
Ayahlah yang paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuat anaknya senang tapi tidak takut.
Ayah akan memberi anaknya tempat duduk terbaik dengan mengangkat anaknya dibahunya, ketika anaknya tak mampu melihatnya. (KBS)