Penulis
Intisari-Online.com - Sebelum meninggal dunia pada Selasa (27/12/2016), Carrie Fisher, sang pemeran Princess Leila di film Star Wars, diberitakan rollingstone.com mengalami cardiac arrest (henti jantung) dalam penerbangan dari London ke Los Angeles, Jumat (23/12/2016).
(Mengenal Lebih Dalam Gangguan Bipolar yang Diidap Carrie Fisher)
Salah seorang penumpang sempat melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau RJP (resusitasi jantung paru) pada Fishet saat masih berada di pesawat. Baru kemudian setelah itu sang aktris dibawa ke Ronald Reagan UCLA Medical Center dengan ambulans, ia ditempatkan di ventilator.
Sayang, setelah dirawat beberapa hari, nyawa aktris berusia 60 tahun tersebut tidak tertolong.
Kematian jantung mendadak atau jantung berhenti berfungsi, bukanlah serangan jantung, malah jauh lebih buruk. Jantung benar-benar berhenti dan aktivitas elektriknya terganggu sehingga terjadi gangguan irama jantung.
Pemberian (CPR) bisa sedikit membantu di saat-saat kritis, tetapi hanya sedikit pasien yang dapat ditolong.
(Hati-hati, Ada Peningkatan Risiko Kematian Akibat Masalah Jantung Ketika Liburan Musim Dingin)
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian mendadak akibat jantung. Tapi banyak juga penyebab lain yang belum diketahui.
Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah kematian mendadak akibat jantung ini bisa dicegah.
Studi tersebut dilakukan dengan cara melacak kasus kematian mendadak di Portland, Oregon, selama satu dekade, termasuk melakukan wawancara dengan saksi, keluarga, dan teman-teman, setelah pasien kolaps. Peneliti juga melacak rekaman medis pasien.
Sekitar separuh dari pasien berusia pertengahan yang informasinya berhasil dikumpulkan diketahui adanya gejala awal. Gejala itu kebanyakan adalah nyeri di dada atau napas pendek-pendek, sekitar sebulan sebelum terjadinya serangan.
Mengetahui gejala awal ini diharapkan bisa membantu dokter untuk mengobati orang-orang yang paling berisiko.
(Serangan Jantung Saat Sendirian, Ini Antisipasinya Agar Nyawa Tak Melayang)
"Meski langsung menelepon 911, hal itu sudah terlambat bagi 90 persen pasien. Sebenarnya ada jendela kesempatan yang tidak begitu diketahui," kata Dr.Sumeet Chugh dari Cedars-Sinai Heart Institute, seperti dikutip dari kompas.com.
Yang terpenting, fakta bahwa pasien yang menganggap gejala yang mereka alami cukup parah sehingga menelepon 911 sebelum kolaps ternyata bisa diselamatkan.
Hasil penelitian ini bisa menjadi pengingat bagi masyarakat untuk tidak mengabaikan gejala yang kemungkinan adalah gangguan jantung.
"Nyeri dada dan napas pendek-pendek adalah kondisi yang mengharuskan Anda segera pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan diri," kata Callaway.
Mereka yang rentan mengalami kematian mendadak akibat jantung adalah orang yang pernah mengalami serangan jantung, menderita penyakit jantung koroner, dan gangguan jantung bawaan.