Find Us On Social Media :

Kematian Jantung Mendadak yang Dialami Carrie Fisher Jauh Lebih Berbahaya dari Serangan Jantung

By Ade Sulaeman, Rabu, 28 Desember 2016 | 11:45 WIB

Carrie Fisher sebagai Princess Leia

Intisari-Online.com - Sebelum meninggal dunia pada Selasa (27/12/2016), Carrie Fisher, sang pemeran Princess Leila di film Star Wars, diberitakan rollingstone.com mengalami cardiac arrest (henti jantung) dalam penerbangan dari London ke Los Angeles, Jumat (23/12/2016).

(Mengenal Lebih Dalam Gangguan Bipolar yang Diidap Carrie Fisher)

Salah seorang penumpang sempat melakukan CPR (cardiopulmonary resuscitation) atau RJP (resusitasi jantung paru) pada Fishet saat masih berada di pesawat. Baru kemudian setelah itu sang aktris dibawa ke Ronald Reagan UCLA Medical Center dengan ambulans, ia ditempatkan di ventilator.

Sayang, setelah dirawat beberapa hari, nyawa aktris berusia 60 tahun tersebut tidak tertolong.

Kematian jantung mendadak atau jantung berhenti berfungsi, bukanlah serangan jantung, malah jauh lebih buruk. Jantung benar-benar berhenti dan aktivitas elektriknya terganggu sehingga terjadi gangguan irama jantung.

Pemberian (CPR) bisa sedikit membantu di saat-saat kritis, tetapi hanya sedikit pasien yang dapat ditolong.

(Hati-hati, Ada Peningkatan Risiko Kematian Akibat Masalah Jantung Ketika Liburan Musim Dingin)

Penyakit jantung koroner merupakan penyebab utama kematian mendadak akibat jantung. Tapi banyak juga penyebab lain yang belum diketahui.

Sebuah penelitian dilakukan untuk mengetahui apakah kematian mendadak akibat jantung ini bisa dicegah.

Studi tersebut dilakukan dengan cara melacak kasus kematian mendadak di Portland, Oregon, selama satu dekade, termasuk melakukan wawancara dengan saksi, keluarga, dan teman-teman, setelah pasien kolaps. Peneliti juga melacak rekaman medis pasien.

Sekitar separuh dari pasien berusia pertengahan yang informasinya berhasil dikumpulkan diketahui adanya gejala awal. Gejala itu kebanyakan adalah nyeri di dada atau napas pendek-pendek, sekitar sebulan sebelum terjadinya serangan.

Mengetahui gejala awal ini diharapkan bisa membantu dokter untuk mengobati orang-orang yang paling berisiko.