Find Us On Social Media :

Inilah Alasan Mengapa Dokter Harus Menunjukkan Empati Kepada Para Pasiennya

By Lintang Bestari, Minggu, 18 Desember 2016 | 10:02 WIB

Setiap dokter harus mengembangkan rasa empatinya kepada para pasien

Intisari-Online.Com – Menurut dr. David Jeffrey, dosen kedokteran paliatif di Center for Population Health Sciences, Edinburgh, Skotlandia, masih ada kekurangan terkait dukungan sosial dari dokter kepada pasiennya. Beberapa studi juga menemukan fakta bahwa para dokter kurang memiliki empati kepada pasiennya.

(Dokter yang Dikecam karena Berfoto dengan Singa Mati Itu Meninggal saat Berburu)

Dalam studi yang dipublikasikan pada Journal of the Royal Society of Medicine, Jeffrey menunjukkan tiga istilah yang biasa digunakan dokter untuk menunjukkan dukungannya kepada pasien, yakni empati, simpati dan rasa iba. Menurut Jeffrey, para dokter sebaiknya lebih menonjolkan rasa empati dibanding simpati dan iba kepada pasien.

Sebagai contoh, empati berarti kita bisa memahami keadaan pasien secara lebih spesifik. “Empati melibatkan mental yang lebih fleksibel, kemampuan untuk mengerti emosi dan pandangan pasien,” papar Jeffrey.

(Dokter Ini Menggunakan Kacamata Snapchat Spectacle Untuk Operasi dan Bahan Ajar Mahasiswa)

Kebalikannya, simpati lebih melibatkan “diri sendiri”. Membayangkan bagaimana jika kita berada pada posisi pasien yang sedang sakit. Sayangnya, rasa simpati kadang bisa memberikan tekanan kepada dokter dan akhirnya stres. Sementara itu, rasa iba berarti mengetahui penderitaan pasien tapi tidak benar-benar mengerti pandangan mereka.

Jeffrey mengatakan, rasa iba dan simpati merupakan reaksi, sementara empati lebih ke refleksi dirI. Butuh waktu untuk mengembangkan empati, namun kemampuan ini yang sangat dibutuhkan para dokter. Dalam pandangan Jeffrey, dokter seharusnya mengembangkan empati dengan belajar membangun koneksi bersama pasien yang melibatkan berbagi emosi. Mereka seharusnya bertindak sopan dalam membantu dan memahami perspektif pasien. “Empati tidak seperti simpati dan iba yang hanya terjadi begitu saja kepada kita, Empati adalah pilihan untuk memberi perhatian lebih kepada pasien dan belajar mengembangkan diri sendiri. Itu memerlukan niat dan usaha,” pungkasnya.