Penulis
Intisari-Online.com -Duka kembali menimpa dunia transportasi Indonesia. Kali ini sebuah kapal motor bernama KM Sinar Bangun tenggelam di Danau Toba, Sumatera Utara, Senin (18/6) kemarin.
Hingga saat ini, pihak berwenang masih terus melakukan evakuasi korban tenggelam.
Lebih dari itu semua, tenggelamnya KM Sinar Bangun seolah melengkapi rapor buruk transportasi air di Indonesia.
Dari hasil penelusuran Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), peristiwa kapal tenggelam yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh sejumlah faktor, di antaranya gelombang tinggi dan kelebihan muatan.
Sejak 2003 lalu, terhitung sudah ada 15 peristiwa tenggelamnya kapal, yang tersebar di beberapa wilayah perairan Indonesia.
Baca juga:Kapal Karam di Danau Toba, Begini Langkah Tepat Untuk Menyelamatkan Diri Saat Kapal Tenggelam
KMP Wimala Dharma diberangkatkan dengan kondisi kelebihan muatan yang mengakibatkan overdraft.
Tidak tepatnya sikap olah gerak pada saat kapal bertolak meninggalkan dermaga di pelabuhan, dan cuaca buruk mengakibatkan penurunan kemampuan stabilitas kapal.
Akhirnya KMP Wimala Dharma tenggelam pada kedalaman lebih kurang 300 meter - 500 meter di Perairan Selat Lombok.
Seluruh muatan tidak bisa diselamatkan.
Sebanyak 15 ABK termasuk nakhoda dan 120 penumpang selamat, sementara 5 penumpang meninggal dunia.
2.KM Wahai Star (10 Juli 2007)
Pada 10 Juli 2007, KM.Wahai Star berangkat dari Pelabuhan Namrole (Pulau Buru), dengan mengangkut kurang lebih 59 penumpang orang penumpang.
Saat itu, cuaca buruk dan gelombang tinggi hampir 3 meter membuat speed boat yang digandeng dengan menggunakan tali yang panjangnya sampai 7 meter berbenturan mengenai buritan kapal.
Baca juga:Cerita Indah dari Tepian Danau Toba: Ketika Togu Simorangkir Mengubah Pamrih Menjadi Kasih
KM Wahai Star tenggelam karena adanya kebocoran di bagian belakang kapal sehingga air masuk ke dalam kamar mesin.
Pompa bilga yang berfungsi untuk membuang air dari kamar mesin keluar juga tidak bisa digunakan.
Air yang masuk ke kamar mesin membuat mesin–mesin terendam air dan menyebabkan mesin utama dan mesin bantu tidak berfungsi.
Akhirnya, kapal kehilangan stabilitas dan hantaman gelombang mengakibatkan kapal semakin miring ke kiri. Para awak dan penumpang dianjurkan untuk menyelamatkan diri dengan terjun ke laut.
Dengan jarak diperkirakan 8 hingga 9 mil dari Pulau Ambon, penumpang yang telah ditemukan berjumlah 59 orang, dengan rincian 43 orang selamat dan 16 orang meninggal dunia.
Setelah sempat singgah di Dermaga Nilam, perjalanan langsung menuju ke Tanjung Perak. Pada 17 Mei 2008, saat mendekat ke Tanjung Perak.
Kapal mengalami kebocoran pada bagian kamar-kamar mesin ketika sampai di Gapura Surya Dermaga Tanjung Perak. Air masuk menggenangi kamar mesin dan mesin induk mati.
Pada pukul 17.15 WIB, kapal tenggelam miring kanan. Lokasi tenggelamnya kapal ini berada pada jalur lalu lintas kapal penyeberangan Ujung – Kamal (Madura).
Akibat dari kecelakaan ini, 2 awak kapal meninggal dunia dan seluruh muatan yang dibawa tidak dapat diselamatkan.
Pada 10 Januari 2009, pukul 19.00 WITA, KM Teratai Prima berangkat dari Pelabuhan Cappa Ujung, Pare-pare, menuju Samarinda, Kalimantan Timur, dengan membawa pelayar sebanyak 365 orang dan membawa muatan campuran sebanyak 443 ton.
Kapal melintas daerah Perairan Tanjung Batu Roro, Sulawesi Selatan pada 11 Januari 2009. Tak lama kemudian, kondisi perairan mulai bergelombang tinggi.
Kapal mulai oleng karena gelombang dan arus lokal. Dalam waktu singkat, kapal tenggelam. Kondisi cuaca, angin, dan tingginya gelombang menyebabkan kapal kurang stabil.
Kemampuan daya mesin induk dan awak kapal juga kurang baik sehingga membuat kapal tenggelam dalam waktu cepat.
Saat bertolak dari Pelabugan Sekupang, cuaca cerah berawan. Akan tetapi, ketika kapal sampai perairan di antara Pulau Nipa dan Pulau Karimun Kecil, ada gelombang dengan ketinggian antara 2,5 hingga 4 meter.
Dinding kapal retak oleh hantaman ombak sehingga air laut masuk dan menyebabkan haluan kapal terendam. Kapal kemudian miring ke kiri.
Sebanyak 254 penumpang beserta awak kapal dapat diselamatkan tim penolong. Dalam peristiwa ini, 42 orang ditemukan meninggal dan 32 orang lainnya tidak dapat ditemukan.
Baca juga:Ternyata Ada ‘Kecelakaan’ Lain yang Pernah Menimpa Putri Diana, yang Disembunyikan dengan Cara Unik
Pada bagian haluan, air sudah mencapai ketinggian 30 cm. Alat hisap pompa yang digunakan untuk menguras air di tangki ballast dan ruang muat lebih kecil daripada masuknya air sehingga jumlah air laut yang masuk semakin banyak dan menambah berat kapal.
Akhirnya, air laut yang masuk ke kapal tidak bisa ditangani dengan maksimal. Kapal tenggelam di laut pada kedalaman lebih dari 2000 meter dan seluruh awak kapal selamat.
Proses tenggelamnya kapal memakan waktu sekitar 8 jam. Dokumen-dokumen kapal juga tenggelam.
Kapal tersebut memuat 110 penumpang beserta 29 awak kapal. Kejadian berawal dari air laut yang menggenangi geladak.
Lama-kelamaan ketinggian air telah melewati motor dan mesin kemudi sehingga pompa elektrik hidrolik mesin kemudi tidak berfungsi.
Kapal terus mengalami kemiringan, hingga puncaknya mencapai 90 derajat sehingga sebagian penumpang terjatuh dari geladak akomodasi penumpang.
Akhirnya, kapal tersebut tenggelam pada kedalaman 60 meter. Peristiwa ini terjadi karena ada gangguan stabilitas setelah air masuk ke KMP Windu Karsa.
Sebanyak 91 orang korban telah dievakuasi dan sisanya dilakukan penyelamatan oleh beberapa kapal bantuan dan dibantu oleh TNI AL.
Pada 3 Juli 2013, tepat di Laut Banda, kapal mengalami kemiringan 5 derajat. Air laut dari luar masuk ke tangki ballast tersebut mengakibatkan kapal miring ke kanan.
Sempat dilakukan tindakan untuk mengatasi kemiringan kapal ke kanan dengan membuang air ballast dari tangki ballast. Namun, keadaan tidak bisa dikendalikan hingga kapal tenggelam.
Sebanyak 19 orang awak kapal hilang, sedangkan 2 orang awak kapal selamat dan dievakuasi ke Kendari.
Sedangkan kapal beserta seluruh muatannya tenggelam di perairan Laut Banda.
Air masuk ke dalam kapal, dan pemompaan air tidak efektif mengingat air yang masuk terlalu banyak. Penumpang diimbau untuk memakai life jacket dan meninggalkan kapal.
Kapal akhirnya tenggelam di Perairan Pulau Keramian, Masalembo, Laut Jawa, 24 Desember 2013.
Akibat kecelakaan ini, KM. Irama Nusantara beserta seluruh muatannya tenggelam di perairan sekitar Pulau Keramian, 3 awak kapal meninggal dan 10 orang lainnya dinyatakan hilang/belum ditemukan.
Kapal mengalami benturan di beberapa bagian. Akhirnya, kapal mendadak miring ke kanan. , KMP Munawar Ferry cikar kiri berbalik arah sebagai upaya untuk mengkandaskan ke daratan terdekat.
Setelah berbalik arah, kemiringan ke kanan bertambah dan kembali terdengar suara benturan kendaraan di geladak kendaraan. Kapal ini terbalik dan tenggelam di Perairan Selat Alas, Lombok.
Dari peristiwa ini, korban jiwa sebanyak 3 penumpang. Dari posko pengaduan, 6 penumpang dinyatakan hilang. Seluruh awak kapal dinyatakan selamat.
Lambung kiri KM Pertama I berbenturan dengan ulup jangkar pada haluan kanan Crane Barge AWB Labuhan 2310. Ulup jangkar tersebut menusuk dan merobek pelat lambung kiri KM.
Pertama I. Kapal lama-lama menjadi miring dan tenggelam di perairan Pelabuhan Gresik, Jawa Timur, 26 Agustus 2014. Akibat kecelakaan ini, KM Pertama I tenggelam bersama dengan seluruh 2000 ton muatan pupuknya.
Sedangkan Crane Barge AWB Labuhan 2310 mengalami goresan ringan pada ulup jangkar haluan kanan.
Dua awak kapal juru mudi jaga dan KKM KM. Pertama I yang ditemukan dalam kondisi meninggal.
Baca juga:(Video) Kamera GoPro Rekam Detik-detik Mengerikan Saat Pemancing di Hantam Kapal Motor
Ketika tiba di Teluk Bone, Sulawesi Selatan, cuaca yang semula baik berubah menjadi gelombang.
Kapal MV Marina tetap melanjutkan perjalanannya. Kondisi cuaca semakin tak bersahabat ketika adanya pusaran angin dan mendung.
Anjungan kapal pun retak dan air laut masuk ke halauan serta kamar mesin. Kapal ini lama kelamaan tenggelam.
Dari jumlah pelayar 118 orang, sebanyak 40 orang penumpang berserta awak kapal dapat diselamatkan tim penolong. Sedangkan 66 orang ditemukan meninggal dan 12 orang dinyatakan hilang.
Getaran terjadi karena kapal menyenggol karang bawah aiir. Kebocoran pada kapal tidak bisa ditanggulangi di ruang pompa kapal. Akhirnya air segera menggenangi kamar mesin.
Karena air begitu cepat masuk, nahkoda segera memerintahkan lokasi untuk mengkandaskan kapal. Akhirnya, kapal kandas di alur pelabuhan Labuhan Bajo, NTT.
Seluruh awak kapal dan penumpang berhasil dievakuasi oleh kapal-kapal yang datang memberikan bantuan. Pemeriksaan bawah air terhadap kerangka KM Dharma Kencana VIII menunjukkan terjadi kerusakan pada lambung kapal sisi kanan dengan panjang sekitar 30 jarak gading.
Baca juga:Danau Natron, Danau Paling Mematikan di Dunia yang 'Menyihir' Binatang menjadi Patung Menyeramkan
Kapal pada mulanya miring ke kanan secara perlahan. Tidak ada korban jiwa maupun muatan dikarenakan kapal pada posisi tidak beroperasi.
Tenggelamnya kapal ini berada pada area Labuh Jangkar Tanjung Priok Selain itu, tidak terlihat adanya pencemaran bahan bakar kapal.
Posisi tenggelamnya kapal tidak berada di alur pelayaran pada kedalaman sekitar 30 meter.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "15 Peristiwa Kapal Tenggelam dari 2003 hingga 2018".