Intisari-Online.com - Tahun 2010, Togu Simorangkir, memutuskan pulang kampung.
Enam belas tahun merantau di luar Sumatera Utara, hati Togu terpanggil menolong anak-anak yang kesulitan akses belajar dan membaca di Pulau Samosir.
Semua, perah gelar master di Oxford Brookes University Inggris ini sudah ditawari bekerja di The Black Country, di negeri Ratu Elizabeth II itu.
Namu rupanya gelora dan keinginan untuk berbagi hidup dengan orang-orang di tanah kelahirannya lebih besar dari tawaran menggiurkan tersebut.
Dus, ia memilih mendedikasikan hidup untuk berbagai melalui Yayasan Tao Toba yang sudah dirintisnya sejak Juni 2009 lalu.
Baca juga: Bukan Danau Toba, Inilah Danau Terdalam di Indonesia, Ada Gua Tengkorak di Dalamnya
Togu bersama rekan-rekannya yang sevisi dengannya membangun topo (semacam pondok) belajar untuk anak-anak yang desanya masih minim akses informasi, khusus melalui buku.
“Aku meninggalkan zona nyaman, lalu bertani, dan membuka usaha air minum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” kenang Togu, seperti ia sampaikan kepada Intisari, 2017 lalu.
Kala itu, uang hasil penjualan air minum pun dibagi dua. Satu galon air memperoleh laba Rp2.000, separuhnya ia ambil, sepatuh lagi untuk kebutuhan dana Alusi Tao Toba.
“Secara finansial aku terjun bebas karena di lembaga ini tidak bergaji,” ujar laki-laki tiga anak itu.
Tapi baginya tidak masalah, karena filosifi hidupnya bukan lagi mengejar uang dan kesuksesan. Sisa hidupnya memang akan dijalani dengan semangat filantropis.
Setelah jualan air minum, Togu kemudian berjualan telur bebek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tentu saja hasilnya tidak cukup untuk menopang yayasan yang sudah mendirikan empat topo belajar dan dua kapal belajar itu.
Untuk itu ia butuh bantuan dana.
Penulis | : | Moh. Habib Asyhad |
Editor | : | Moh. Habib Asyhad |
KOMENTAR