Stonehenge Dibangun dengan Rumus Pythagoras, 2000 Tahun Sebelum Pencipta Rumus Tersebut Lahir

Ade Sulaeman

Penulis

Stonehenge bukan bangunan orang bar-bar tak berbudaya, mereka sesungguhnya manusia terpelajar yang terlupakan.

Intisari-Online.com- Bangunan pra-sejarah ikonik terkenal di dunia ini membuktikan betapa manusia zaman dahulu tidak sesederhana yang kita bayangkan.

Lebih jauh, mereka ternyata astronom canggih yang telah memahami siklus bulan, matahari untuk membangun kalender batu raksasa dengan teori geometri yang kompleks ini.

Dilansir pada Telegraph, Rabu (20/6/2018), Robin Heath, seorang ahli megalitik mengatakan bahwa ada segitiga Pythagoras yang sangat besar di lanskap Inggris.

Segitiga itu menghubungkan Stonehenge , tempat asal bluesones Preseli di Wales , dan Lundy Island, situs prasejarah yang penting.

Baca Juga:Kapal Tenggelam di Danau Toba, Begini Cara Mudah Mengambang di Atas Air Seperti Daun

Teori atau rumus Pythagoras mengatakan: sisi miring segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi-sisinya.

Hal itu diidentifikasi telah diterapkan pada Stonehenge, bangunan yang diperkirakan dibangun pada 3000 SM.

Ada sebuah garis persegi panjang imaginer dari empat batu Sarsen yang ketika dibelah dua secara diagonal membentuk segitiga siku-siku sempurna sesuai rumus Pythagoras.

Baca Juga:Bus Terbalik, 32 Orang Alami Luka Serius, Kepala Sang Supir Alami Luka Parah

Delapan garis yang memancar dari persegi panjang dan segitiga juga menunjukkan tanggal-tanggal penting dalam kalender Neolitik.

Seperti titik balik matahari musim panas dan musim dingin serta musim semi dan musim gugur ekuinoks.

Mereka juga menandai Imbolc, tanggal kuno untuk permulaan musim semi pada 1 Februari, Beltane, atau May Day, lammas, awal panen gandum dan Samhain.

Baca Juga:Jimat Berumur 1.000 Tahun Ditemukan di Yerusalem, Tulisan di Atasnya Menggetarkan Hati

"Orang membayangkan nenek moyang kita sebagai manusia gua bar-bar, namun mereka sebenarnya astronom yang canggih," kata John Matineau, editor buku Megalith yang membongkar teknologi pembangunan Stonehenge.

“Mereka menerapkan geometri Pythagoras lebih dari 2000 tahun sebelum Pythagoras lahir," lanjutnya.

Situs seperti Stonehenge ini membuktikan bahwa selain menguasai astronomi, manusia pra-sejarah juga memahami kosmologi.

Menuju ke sebelah timur laut dari Stonehenge dalam jarak 3,2km ada bangunan Woodhenge.

Baca Juga:Membohongi Dunia, 8 Propaganda Korea Utara Ini Diketahui Hasil Photoshop

Ia juga diketahui menggunakan rumus Pythagoras.

Tak hanya itu, segitiga Pythagoras juga telah ditemukan di Avebury, cincin bagian dalam dari Kuil Druid di Inverness, Castlerigg di Keswick, Cumbria, Barbrook, di Derbyshire, Borrowston Rig, di perbatasan Skotlandia, dan Daviot 'B', di Aberdeenshire.

Akibatnya banyak 'lingkaran' batu tidak sepenuhnya melingkar tetapi memiliki geometri yang berasal dari segitiga Pythagoras

Batu-batuan besar Stonehenge juga pernah dikelilingi oleh 56 tiang kayu atau batu yang dapat digunakan untuk memprediksi gerhana sekaligus menunjukkan posisi Matahari dan Bulan serta fase lunar.

Baca Juga: Suku Fore di Papua Nugini Doyan Makan Otak Manusia, Begini Akibatnya pada Tubuh Mereka

Banyak Ilmu pengetahuan diduga menghilang setelah munculnya agama Kristen di Inggris.

"Orang-orang melihat Stoneheng sebagai bangunan orang bar-bar tak berbudaya, padahal mereka sangat terpelajar yang terlupakan," ucap Mr Heath.

Baca Juga:Mematikan, Inilah 6 Deretan Senjata Infanteri Terbaik Perang Dunia II

Artikel Terkait