Penulis
Intisari-Online.com - Kujemah bt Sayib, seorang TKW asal Banten si Suriah yang sempat hilang selama 10 tahun akhirnya berhasil ditemukan. Saat pertama kali ditemukan, TKW yang mengaku dikirim ke Suriah saat berusia 15 tahun tersebut sudah tidak bisa lagi berbahasa Indonesia. Sebaliknya, dia begitu fasih menggunakan bahasa Arab.
Berita ini kemudian menimbulkan pertanyaan, bagaimana seseorang bisa kehilangan kemampuan bahasa asal yang sedari kecil sudah dia pelajari dan gunakan?
(Baca juga: Kisah TKW asal Banten yang 10 Tahun Hilang, Ditemukan Sudah Lupa Bahasa Indonesia)
Kejadian serupa pernah dialami oleh Sersan Bowe Bergdahl asal Inggris yang sebelumnya fasih berbicara bahasa Inggris selama 23 tahun sampai ia ditangkap oleh pejuang Taliban di Afghanistan sekitar 7 tahun yang lalu. Saat dibebaskan dua tahun lalu, Bergdahl kesulitan berbicara bahasa Inggris.
Beberapa orang telah puluhan tahun tidak berbicara atau mendengar bahasa pertama mereka tetapi mereka mampu mempertahankan kemampuan untuk berbicara dengan mudah, kata Dr Monika Schmid, seorang profesor linguistik di University of Essex di Inggris. Tetapi yang lain mulai kehilangan kelancaran berbicara hanya dalam waktu beberapa tahun.
(Baca juga: Bahasa Mandarin Paling Banyak Digunakan di Dunia)
Sangat jarang menemukan kasus seseorang benar-benar kehilangan kemampuan bahasa pertama, katanya. Kasus yang lebih sering terjadi adalah seseorang mengalami "gesekan bahasa" dimana mereka kesulitan mengingat kata-kata tertentu atau mereka menggunakan struktur tata bahasa yang aneh.
Umur adalah faktor. Setelah mengalami pubertas di masa lalu, Dr Schmid mengatakan, bahasa pertama Anda stabil dan efek gesekan dapat kembali dengan sendirinya jika Anda kembali ke daerah asal atau yang menggunakan bahasa asal Anda.
Tapi anak-anak yang masih berusia sekitar 10 tahun tidak selalu mampu mempertahankan bahasa asal mereka. Dalam kasus seorang warga Korea Selatan yang diadopsi oleh warga Prancis, dia tidak memiliki masalah sedikitpun untuk menggunakan bahasa Prancis 30 tahun kemudian.
(Baca juga: Kemampuan Multibahasa Bikin Gaji Lebih Legit )
Kesulitan untuk mengingat bahasa pertama memiliki potensi lebih besar ketika seseorang lebih sering menggunakan bahasa kedua, ujar Dr Aneta Pavlenko di Temple University di Philadelphia. Hal ini disebabkan daya kognitif yang terbatas.
Pavlenko sendiri mengakui, meskipun mengajar Rusia di universitas di AS, saat dia kembali ke komunitas berbahasa Rusia-nya di Kiev, dia menyadari dia sudah lupa bagaimana untuk memulai percakapan di kantor pos.
Penyebab lainnya adalah cedera otak yang dapat berdampak pada hilangnya bahasa, tetapi trauma emosional juga dapat mempengaruhi hal tersebut. Di antara orang-orang Yahudi Jerman yang melarikan diri selama Holocaust, Dr Schmid mengatakan hilangnya bahasa jauh lebih dramatis saat trauma yang dialami semakin besar.