Find Us On Social Media :

Menukar yang Berharga dengan Hal Sepele

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 1 Desember 2016 | 22:06 WIB

Menukar Sukacita dengan Hal Sepele

Intisari-Online.com – Untuk memperingati hari ulang tahun pernikahan, sepasang suami istri makan malam di sebuah restoran. Semua berjalan dengan lancar, makanan enak, suasana romantis, mereka bicara tentang hal-hal menyenangkan dan bernostalgia. Ketika hendak membayar tagihan, sang istri terkejut melihat ada kesalahan sebesar sepuluh ribu rupiah. Ia menanyakan hal tersebut dan mendapat jawaban yang tidak memuaskan dari si pelayan.

Sang suami memilih untuk mengajak istrinya pulang saja, tidak usah diperdebatkan. Namun, di dalam mobil, sang istri tetap mengomel, termasuk kepada suaminya yang menurutnya tidak membela dirinya. Malam yang sedianya indah itu mendadak jadi tegang. Saat itulah, suaminya berkata, "Sayang, sadarkah bahwa kamu sudah menukar sukacita dan keindahan malam ini hanya dengan sepuluh ribu?"

Berapa banyak kita sering bersikap demikian. Sukacita yang begitu indah dalam ulang tahun pernikahan, tiba-tiba hancur hanya karena uang Rp10.000. Seolah, keindahan tak ternilai itu "ditukar" dengan hal sepele. Bahkan sepuluh tahun persahabatan bisa terhapus hanya oleh sepuluh menit perselisihan. Sepuluh tahun kerja sama yang baik hancur oleh masalah uang sekian juta. Hubungan keluarga putus oleh masalah rupiah. Banyak hal besar dan penting tanpa sadar kita “tukar” begitu saja dengan hal-hal yang nilainya sebenarnya sama sekali tak sebanding.

Tanpa sadar kita bisa bertindak seperti menukar hak kita yang besar hanya dengan hal-hal yang sepele. Hingga pada akhirnya kita hanya bisa menyesal karena telah menyia-nyiakan hal penting hanya karena hal kecil. Banyak orang juga pada akhirnya hanya bisa menyesal saat perselisihan telah terjadi, hubungan telah rusak dan sukacita menjadi hilang.

Berapa banyak konflik dan kemarahan yang kita rasakan sebenarnya hanya terjadi karena hal yang tak layak dan tak penting seperti itu. Sesungguhnya saat kita marah karena hal-hal seperti kebiasaan, sikap atau ucapan seseorang sampai membuat hubungan kita dengannya menjadi rusak, maka kita sudah menukar posisi orang itu dengan hal-hal tadi. Layakkah kita melakukan hal seperti di atas?