Belum Ada SMS Apalagi Whatsapp, Orang Dulu Menggunakan Kipas sebagai Bahasa Pergaulan

Moh. Habib Asyhad

Penulis

Intisari-Online.com – Orang zaman sekarang boleh ramai bicara soal global warming, tapi keberadaan kipas, rupanya tak ada hubungannya dengan fenomena alam yang konon membuat bumi semakin terasa gerah itu.

Buktinya, kipas sudah dikenal dalam kebudayaan masa silam seperti Romawi kuno, Mesir, Yunani, atau Cina.

Bukti paling awal, kipas ditemukan pada waktu penggalian mumi Tutankhamun, raja Mesir yang hidup pada abad ke-13 SM.

Kalau Anda pernah melihat adegan di film tentang raja masa silam yang dikipasi dayang-dayang, kira-kira memang mirip itu gambaran aslinya.

Kipas para raja di istana, seperti dari kerajaan Mesir dan Cina, kebanyakan terbuat dari bulu burung merak.

Baca juga: Cuma Modal Kipas Angin dan Alkohol, Ini Cara Ampuh Basmi 4.000 Nyamuk dalam Semalam Ini

Bulunya juga bukan sembarang. Terutama yang bermotif seperti mata, karena dipercaya melambangkan perlindungan terhadap pemiliknya.

Ketika kipas jadi bagian dari mode, di Eropa abad pertengahan, bahan yang dipakai menjadi sangat variatif, karena disesuaikan dengan busana pemakainya. Ada bahan kertas, renda, sutra, atau aneka tekstil lain.

Sebelum kertas dan kain lazim dipakai, kipas malah sempat dibuat dari kulit binatang (vellum) seperti kulit antelop, rusa, atau kambing. Kipas kulit yang dilukis ini umumnya buatan abad ke-16 dan 17.

Gagang kipas juga dibuat dari bahan yang tak kalah mewah. Bisa dari kulit tempurung kura-kura, gading, tulang, kulit kerang, logam, atau kayu terbaik.

Kipas juga dirancang sangat dekoratif, dihiasi permata, dipernis, atau disepuh. Maklum, umumnya yang punya cuma kaum bangsawan.

Baca juga: Lewat Feng Shui, Kadar Cinta Bisa Ditentukan oleh Warna Kipas Angin, Posisi Kursi, dan Foto-foto Keluarga

Melewati sekian zaman, bentuk kipas sebenarnya tak banyak berubah, atau seperti kipas yang bisa kita lihat sampai sekarang.

Terdiri atas beberapa daun kipas, kalau dibuka berbentuk setengah lingkaran. Ada pula jenis kipas yang daun-daunnya disatukan dengan bahan tertentu.

Bahan itu biasanya yang dihias. Ada lagi kipas jenis cockade, yang ketika dibuka bentuk daun-daunnya berupa lingkaran penuh.

Hiasan pada kipas biasanya berbentuk lukisan. Ada yang menggambarkan dongeng, mitologi, cerita keagamaan, atau peristiwa budaya tertentu, tergantung pada masanya.

Di masa Revolusi Prancis, kipas malah sempat menjadi alat yang ampuh untuk menyatakan sikap politik pemiliknya.

Baca juga: Hati-Hati Tidur Di Lantai Dingin Dengan Kipas Angin, Pria Ini Ditemukan Tewas Karenanya

Pada sekitar abad ke-16, kipas juga menjadi bagian penting dari pergaulan. Terutama antara pria dan wanita, di acara-acara pesta.

Mungkin karena saat itu belum ada layanan pesan singkat atau SMS, kipaslah yang jadi alat komunikasinya.

Gerakan-gerakan kipas dipakai untuk memberi kode-kode tertentu kepada seseorang.

Tentu saja biar pembicaraan nyambung, antara pria dan wanita harus sama-sama tahu setiap gerakan dan artinya.

Bahasa gaul ala kipas ini pun menjadi bahasa setengah resmi, karena panduannya bisa dilihat di buku-buku etiket pergaulan. Salah satunya The Original Fanology or Ladies Conversation Fan karangan Charles Francis Badini yang diterbitkan di London tahun 1797.

Beberapa contoh bahasa gaul ala jadul itu misalnya:

Membawa kipas terbuka dengan tangan kiri = datang dan ngobrol yuk!

Membuka kipas lebar-lebar = tunggu aku.

Kipas setengah tertutup ditekan ke bibir = kamu boleh cium aku.

Memutar kipas dengan tangan kiri = awas, kita sedang diperhatikan!

Menjatuhkan kipas = kita berteman saja. (*/Tj – Intisari Juni 2008)

Baca juga: Jam Tangan Berpendingin Udara Pertama di Dunia Ini Dijamin akan Membuat Kita Tak Lagi Bergantung pada AC dan Kipas Angin

Artikel Terkait