Find Us On Social Media :

Arang Khusus di Balik Iwak Pe Mbah Jingkrak

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 17 November 2016 | 08:02 WIB

Warung iwak pe mbah jingkrak, Semarang

Intisari-Online.com – Tidak banyak tempat makan di Semarang yang menyajikan iwak pe (ikan pari asap) dengan cita rasa lezat seperti warung makan Mbah Jingkrak di Jln. Beringin. Ibu Ajeng (pemilik rumah makan) merintis warung iwak pe karena ia ingin menyajikan masakan rumahan yang biasa dihidangkan di kampung. Warung yang berada di belakang Hotel Novotel ini melayani makan siang hingga makan malam.

--

Tampilan warung kental dengan nuansa Jawa. Interior rumah berupa joglo dari kayu jati. Aneka menu digelar di meja panjang sehingga pembeli bisa memilih sendiri jenis maupun jumlah makanan yang diinginkan secara prasmanan. Sangat disarankan Anda datang sebelum jam makan siang karena menu-menu Mbah Jingkrak biasanya masih lengkap. Masakan juga baru diangkat sehingga masih hangat. Siap-siaplah mencium aroma masakan ikan pari yang sedap. Perut yang belum lapar pun bisa seketika menjadi lapar. Jika Anda datang setelah jam makan siang, sangat mungkin menu yang tersedia tinggal sedikit. Harap maklum, pada jam makan warung selalu penuh dengan pengunjung.

Ikan pari di warung Mbah Jingkrak didatangkan langsung dari tempat pelelangan ikan di Semarang sehingga kesegarannya selalu terjamin. Ikan pari tergolong ikan yang tersedia sepanjang tahun. Kapan pun Anda datang ke sini, ikan pari Mbah Jingkrak selalu tersedia.

Pada tahap awal, daging ikan pari dibersihkan lalu diasapi. Proses pengasapan memakan waktu sekitar 1 - 2 jam di atas bara khusus. Yang digunakan untuk membuat asap pun tidak sembarang arang. Biasanya warung Mbah Jingkrak menggunakan kayu kopi atau ampas tebu. Kedua jenis bahan ini dipiiih karena bisa membuat aroma daging ikan pari menjadi lebih sedap. Jika kedua jenis bahan ini tidak bisa didapatkan, barulah digunakan arang batok kelapa. Saat proses pengasapan, api di bara sudah harus benar-benar padam untuk menghasilkan asap yang membuat daging ikan menjadi harum.

Setelah diasapi, daging iwak pe selanjutnya diolah untuk berbagai jenis masakan. Paling banyak dimasak mangut. Mangut adalah masakan berkuah dengan bumbu belimbing wuluh. Adanya belimbing wuluh ini menciptakan rasa asam yang segar. Gabungan antara asam belimbing wuluh dan rasa pedas-panas iwak pe dijamin akan membuat Anda sulit berhenti makan. Apalagi nasinya pulen, disajikan dalam keadaan hangat mengepul. Selain dimangut, iwak pe juga dipenyet (disajikan dengan sambal) tanpa kuah. Pilihan penyet ini terutama buat penggemar sambal yang tidak menyukai masakan berkuah.

Di sini pembeli bisa mengambil masakan iwak pe bersama makanan lain yang nama-namanya sekilas terdengar menyeramkan. Ada ayam rambut setan, sambal iblis, dan rondo kelewang. Penamaan yang tidak lazim ini memang digunakan agar setiap pembeli dapat dengan mudah mengingat jenis masakan yang disantap. (Didut)