Penulis
Intisari-Online.com – Setiap orang punya rencana, jangka pendek maupun jangka panjang. Dari rencana dan tujuan itu, kemudian dibuat prioritas, apa yang harus dilakukan. Agar prioritas itu tercapai, perencanaan keuangan harus dirancang dengan baik. Keluwesan pun diperlukan, untuk menghindari kemungkinan gagal di tengah jalan.
--
Setiap orang, sejak lahir punya keinginan, kebutuhan, dan kegiatan yang harus didukung kemampuan keuangan. Begitu lahir saja, Anda sudah memerlukan makanan, pakaian, dan tempat berteduh. Saat itu tentu saja Anda belum punya penghasilan. Barulah sekitar 22 tahun kemudian, ketika sudah bekerja dan tidak sepenuhnya menjadi tanggungan orangtua, sebagian kebutuhan Anda bisa tertutupi.
Kebutuhan untuk mengeluarkan biaya hidup itu tetap mengikuti seseorang, sehingga kelak kehilangan penghasilan karena uzur alias pensiun. Bahkan sampai Anda diantar ke liang kubur sekalipun. Pemakaman dan pemeliharaan makam juga perlu ongkos 'kan? Jadi, agar bisa memenuhi standar hidup dengan berbagai keinginan dan kebutuhannya, kita perlu merencanakan kebutuhan dana itu.
Elemen keuangan
Sebagai langkah awal, Mike Rini Sutikno (34), perencana keuangan dari Mike Rini & Associates menekankan perlunya memotret posisi keuangan kita saat ini, sebelum membuat rencana keuangan buat masa depan. Setelah mengidentifikasi secara realistis posisi penghasilan dan pengeluaran, barulah konsep perencanaan keuangan dimatangkan. Cara ini dianggap jauh lebih memudahkan.
"Patokannya jangan mengandalkan perasaan, merasa kaya atau merasa miskin. Itu bukan ukuran. 'Kan hanya sekadar merasa," katanya seraya mengumbar senyum.
Sebelum memulai perencanaan, ada tiga hal kunci yang layak mendapat perhatian. Yakni elemen keuangan pembentuk kekayaan, daya atau keterampilan, dan tujuan perencanaan keuangan.
Elemen keuangan meliputi empat faktor, yaitu penghasilan (sebagai sumber pemasukan dana), pengeluaran (upaya memanfaatkan penghasilan), harta (kumpulan tabungan yang disisihkan tiap bulan, bisa berbentuk rumah, mobil, dan sebagainya), dan utang (upaya membeli kekayaan secara cicilan).
Daya atau keterampilan adalah kemampuan kita mengelola keempat elemen keuangan itu. Bagaimana kita memberdayakan elemen keuangan melalui perencanaan keuangan, tentunya ditunjang oleh, antara lain pengetahuan dan pengalaman mengenai produk-produk investasi, keterampilan mengelola uang, kemampuan membuat anggaran, kedisiplinan, dan sebagainya.
Kunci ketiga, yakni menginventarisasi apa saja yang menjadi keinginan kita. Susunan keinginan inilah yang menjadi tujuan perencanaan keuangan yang akan dibuat.
Tentukan prioritas
Contohnya, kita ingin membeli mobil dalam waktu tiga tahun lagi. Otomatis ini menjadi tujuan keuangan kita. Perkirakan proyeksi harga mobil itu tiga tahun mendatang. Misalnya Rp 200 juta, berarti uang sejumlah itu harus terkumpul dalam tenggat waktu yang telah kita tentukan (tiga tahun). Caranya, misalnya dengan menabung secara teratur setiap bulannya.
Hal itu jelas menuntut disiplin tinggi. Jika ada lebih dari satu keinginan, harus dipilah tujuan keuangannya, mana yang bisa diwujudkan dalam jangka panjang, dan mana yang jadi prioritas untuk jangka pendek. Tapi Mike mengingatkan, "Dalam mencapai prioritas tujuan jangka panjang, harus dipastikan dulu bahwa tujuan jangka pendek (keinginan harian) sudah terpenuhi sebelumnya."
Jadi, sebelum membicarakan investasi, buka usaha dan sebagainya, pastikan dahulu bahwa kebutuhan dasar kehidupan sudah terpenuhi, yakni sandang dan pangan. Setelah itu, barulah pikirkan membeli rumah (papan) yang juga kebutuhan dasar manusia. Berikutnya barulah menyiapkan dana pendidikan anak, mobil, dana pensiun, naik haji, rekreasi ke mancanegara, dan Iain-lain.
Dalam menentukan mana keinginan yang masuk jangka pendek atau panjang, pastikan dulu seberapa lama tujuan itu bisa dicapai. Tujuan jangka pendek waktunya kurang dari setahun, semisal belanja harian, listrik, telepon, transportasi, biaya sekolah anak. Tujuan jangka menengah lamanya antara setahun hingga tiga tahun. Sedangkan tujuan jangka panjang umumnya di atas tiga tahun.
Itu pun, tetap harus ada prioritas. Harus dibedakan mana yang penting dan utama. Biaya listrik, telepon, Pajak Bumi Bangunan, transportasi, kartu kredit, makan-minum, memang hal-hal yang harus diprioritaskan. "Tapi tujuan hidup kita 'kan bukan itu. Yang utama adalah menabung untuk jangka panjang," tandas Mike.
Makanya, dalam menyusun prioritas, intinya adalah pada pengeluaran kita, uang digunakan untuk apa saja. Sisanya, cukup tak cukup bisa dipergunakan untuk hal lain.