Find Us On Social Media :

Tips Menjadi Pemilih yang Rasional saat Memilih Pemimpin

By Tika Anggreni Purba, Senin, 7 November 2016 | 16:24 WIB

Jadilah pemilih yang cerdas dan rasional.

Intisari-online.com—Dalam setiap pemilihan pemimpin, kita sama-sama tahu bahwa masih sangat banyak pemilih yang kurang rasional. Kurang rasional berarti ia memilih berdasarkan emosi, bukan berdasarkan fakta. Bahkan kadang, pilihan seseorang berdasar kepada pandangan orang lain. Entah itu tokoh masyarakat, pakar, politisi, bahkan akademisi. Namun, apakah kita tidak benar-benar mampu memilih secara rasional?

Penelitian dalam ilmu psikologi, neurosains kognitif dan perilaku ekonomi menunjukkan bahwa kita bisa mengalami error dalam berpikir dan menyebabkan kita mengambil keputusan yang irasional alias di luar akal sehat. Dan faktanya, emosi kita bisa berperan sangat besar dalam mempengaruhi setiap keputusan dalam hidup kita.

Nah, yang perlu kita pahami adalah bahwa para politisi biasanya menyadari kemungkinan ini dan memanfaatkan emosi kita dengan psikologi persuasif, sehingga kita mungkin saja termanipulasi. Kecuali kita menyadari bahwa kandidat tersebut memang sedang memainkan emosi masyarakat.

Kabar baiknya, kita sebenarnya bisa lepas dari kondisi irasional itu. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa kita bisa melatih diri kita agar tidak bias dan lebih rasional, khususnya dalam pemilihan pemimpin.

Pertama, kita harus benar-benar sadar betapa pentingnya hak pilih alias suara yang kita miliki. Satu suara itu berharga begitu besar dan sangat vital untuk menentukan siapa pemimpin yang akan terpilih.

Kenyataannya, banyak orang yang cenderung memilih kandidat hanya berdasar pada intuisi semata. Misalnya, kandidat terlihat berwibawa dan tegas. Jadi, apakah kita harus membuang emosi kita untuk mengambil keputusan? Tentu saja tidak.

Kita hanya perlu menghindari situasi di mana emosi kita mengarah kepada keputusan yang bias. Karena hal itu sama saja seperti membiarkan para kandidat itu memanipulasi pikiran dan emosi kita.

Kedua, caranya adalah dengan mengevaluasi setiap kandidat, baik dari segi kekuatan maupun kelemahannya, secara logis dan berdasarkan fakta.

Dalam hal inilah, emosi kita sebaiknya berperan sebagai penuntun untuk membentuk perspektif yang relevan dengan isu politik yang sedang terjadi. Selanjutnya, kita bandingkan semua kandidat itu dan dampaknya pada situasi dan kondisi diri kita. Kira-kira kandidat mana yang sesuai untuk masyarakat seperti kita.

Dari situ, kita akan mengenali preferensi politik kita sendiri. Sekalipun tadinya kita merasa dekat dengan salah satu kandidat, bisa saja dengan pikiran yang lebih rasional, pilihan kita berubah.

Jika kita ingin hak suara kita membawa dampak bagi masyarakat, termasuk diri kita sendiri, adalah lebih baik memilih pemimpin yang sesuai dengan preferensi politik kita ketimbang kandidat yang menurut kita dekat dengan kita namun tidak memberi dampak bagi hidup kita. Karena itu penting sekali mengenali dan mengevaluasi calon pemimpin yang akan kita pilih.

Jika semakin banyak pemilih yang rasional, maka semakin kita mudah menemukan pemimpin yang tepat dan cocok. Dengan pikiran yang rasional, kita tidak akan terpengaruh dengan berbagai goncangan politik yang ada.

Dan yang paling penting adalah evaluasilah calon pemimpin itu dengan fakta, bukan berdasar kepada intuisi bahkan emosi semata!