Intisari-Online.com - Pengundian nomor urut Pilkada DKI telah usai. Komisi Pemilihan Umum (KPU) DKI Jakarta secara resmi mengumumkan pembagian nomor urut dalam pemilihan kepala daerah DKI Jakarta.
Nomer urut 1 jatuh pada pasangan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni. Sedangkan pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat mendapat nomor urut 2 dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno mendapat nomor urut 3.
Sebelum pengambilan nomor urut, calon gubernur petahana Ahok menyatakan bahwa tak masalah ia memperoleh nomer berapa pun. Semuanya bagus. Jika dapat nomer 1, Ahok mengibaratkan sebagai telunjuk. “Loe jangan macam-macam lo!” kata Ahok sambil menunjuk-nunjuk. Nomer dua berarti jabatan kedua. Sedangkan nomer tiga, menyimbolkan OK. “Ahok kan AH-OK!” kelakar Basuki Tjahaja Purnama.
Agus Harimurti Yudhoyono pun senada. Baginya, semua nomor itu bagus. Semuanya penuh arti dan bukan nomor yang penting. “Bagi saya adalah bagaimana kami berjuang, mengimplementasikan strategi yang kami susun dan kami bangun untuk bisa disampaikan pesan kepada masyarakat Jakarta. Itu yang paling penting," kata Agus.
Begitu juga dengan Sandiaga Uno, calon wakil gubernur yang berpasangan dengan Anies Baswedan dan memperoleh nomor urut 3. “Yang terpenting dari sekedar nomor urut adalah gagasan atau ide dari masing-masing pasangan calon. Jangan sampai kita hanya terjebak simbol-simbol saja, nomor, muka kita, atau simbol kita," ujar Sandi.
Namun, mencermati pilkada DKI semenjak era pemilihan langsung, ada misteri yang melingkupi nomor urut Pilkada DKI.
Misteri apa itu?