Find Us On Social Media :

Ini Dia, Lima Kiat Menjadi Pasien yang Efektif

By Ilham Pradipta M., Kamis, 3 November 2016 | 15:22 WIB

Jangan maunya usai menghabiskan obat dari dokter, lalu penyakit lekas pergi.

Intisari-Online.com – Menjadi pasien yang berpengetahuan, pintar, dan proaktif dapat menghasilkan perawatan kesehatan yang optimal. Sayangnya, tak semua pasien modern peduli dengan hal tersebut. Maunya, begitu keluar kamar praktik dokter, seluruh keluhannya harus sudah sirna. Nah, lalu bagaimana ya kiat menjadi pasien yang efektif?

1. Kapan sebaiknya perlu ke dokter?

Pastinya tidak setiap merasa kurang enak bedan kita perlu berkunjung ke dokter. Sebab hampir sebagian besar keluhan sehari-hari akan mereda sendiri. Baik dengan bantuan obat ataupun tidak. Maka alangkah lebih bijak, bila kita menunda dulu untuk pergi ke dokter. Bahkan , untuk tidak segera meminum obat warung.

Banyak keluhan fisik muncul karena tubuh kurang beristirahat. Maka, cara pertama bila kurang enak badan, bawalah tidur atau mengonsumsi makanan yang mengandung protein (sop, soto), atau mungkin perlu ekstra telur, selain multivitamin.   Nah, bila tidak kunjung membaik, kemungkinan tubuh mau “masuk angin” atau mulai timbulnya tanda awal flu. Perlukah ke dokter?

Tunggu dulu. Kita bisa meminum obat warung, cari sop kambing (kalau suka), mandi menggunakan air hangat, lalu tidurlah. Umumnya, keluhan akan segera reda dan flu batal muncul. Namun, jangan ditanya kalau flu timbul dan memunculkan dahak, bikin kuping budek, atau tenggorokan seperti disilet. Kalau sudah begitu, segeralah untuk meminta bantuan dokter.

2. Ingat, obat tak identik dengan kesembuhan 

Jangan maunya usai menghabiskan obat dari dokter, lalu penyakit lekas pergi. Minum obat tak memberikan janji seratus persen niscaya bakal sembuh, atau menghilangkan gejala dan keluhannya. Sekalipun obat yang kita minum itu resep dokter.

Biasanya dokter akan meresepkan obat untuk meredakan keluhan dan gejala atau obat simptomatik, dan jenis obat kuratif. Sebenarnya obat pereda tidak amat dibutuhkan oleh pasien, bila ia bisa menahan keluhan-keluhannya.

Nah, ada juga kondisi disaat dokter gagal menemukan penyakit pasien, bisa disebut gagal mendiagnosis. Kalau sudah begitu, meskipun pasien telah merasa enakan sebab diberi obat pereda keluhan, tapi sebenarnya obat dokter itu tak bisa “memadamkan api” dalam akar penyakitya. Nah, kalau obatnya habis, tak menutup kemungkinan keluhan dan gejalanya akan muncul lagi.

Makanya, perlu kita pahami bersama, seenteng apa pun penyakitnya, selalu memerlukan waktu untuk sembuh. Sebab obat memerlukan waktu untuk bekerja. Tak seperti cabai yang sekali gigit langsung pedas. Ada penyakit yang lekas sembuh, ada juga yang relatif membutuhkan waktu yang lama.