Seperti Kata Bunga Mawar, Buat Apa Iri, Jika Kau Bermanfaat untuk Orang Lain

Ade Sulaeman

Penulis

Kisah bunga mawar dan pohon bambu.

Intisari-Online.com- Di sebuah taman bunga mawar, nampak orang beramai-ramai menggerumuninya. Ada yang berfoto, ada yang memuji, mereka semua tampak puas dengan daya tarik dari bunga mawar tersebut. Apalagi, ia adalah simbol cinta.

Sementara tak jauh jauh dari lokasi tersebut, ada sekelompok pohon bambu yang berdiri. Lokasinya sepi. Sebab, tidak banyak bunga mekar dan bentuk yang dapat mengambil hati orang-orang untuk datang melihatnya. Tak heran, jika pohon bambu iri dengan si bunga mawar.

Ketika taman mulai sepi, ia pun mengajak si bunga mawar berbicara.

Hei, bunga mawar. Tahukah kau, jika aku iri kepadamu. Aku berharap bisa menjadi seperti mu,” ucap pohon bambu.

Mendengar itu, si bunga mawar tersenyum kecil. “Benarkah? Terima kasih atas pujianmu. Tapi mengapa kau iri padaku?” tanya si bunga mawar.

“Siapa yang tidak iri, kau begitu indah, kau harum, dan selalu dipuji cantik,” balas pohon bambu.

“Sekali lagi terima kasih atas pujiannya. Tapi tahukah kamu, jika aku sebenarnya isi padamu,” ucap si mawar merah.

Tentu saja ucapan itu membuat sang pohon bambu kaget. Bagaimana mungkin si mawar merah yang cantik iri padanya. “Kau aneh. Mengapa bisa kau iri padaku?”

“Sejujurnya siapa yang tidak iri dengan mu. Kau mempunyai batang yang kuat. Ketika badai datang, kau mampu bertahan. Sementara aku dan teman-temanku, kami rapuh. Sedikit saja kena angin, kelompak kami jatuh. Disentuh sedikit, kami mati. Hidup kami sangat singkat,” jelas si mawar merah sedih.

Penjelasan itu membuat sang pohon bambu tertegun. Ia ternyata baru sadar bahwa ia punya kekuataan. Kekuataan yang ia anggap biasa saja namun sangat menganggumkan di mata si mawar putih. Namun, ia masih bersedih.

“Tapi kau selalu dicari orang lain. Kamu bisa menjadi hiasan cantik dan pernak-pernik kesukaan para gadis,” kata pohon bambu lagi.

“Kau benar,” kata si mawar merah tersenyum. “Namun tahukah kamu jika aku akan layu beberapa hari kemudian?”. Si pohon bambu menggeleng.

“Aku akan layu. Tidak seperti kamu. Manusia sering menggunakan dirimua sebagai alat mengalirkan air. Air tersebut membuatmu berguna untuk tanaman lainnya. Jadi, dengan manfaat sebesar itu, seharusnya kau bahagia. Tidak perlu iri denganku,” jelas si mawar merah.

Setelah mendengar penjelasan panjang dari si mawar merah, sejak itu juga pohon bambu tidak lagi iri dan merenungi nasibnya.

Daripada menghabiskan tenaga untuk iri dengan orang lain, lebih baik bersyukur atas kemampuan diri sendiri. Karena sejujurnya setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Apalagi jika ia bisa bermanfaat untuk orang lain.

Artikel Terkait