Penulis
Intisari-online.com—Benar bahwa otak yang sehat itu mesti dirawat sejak dini. Bagaimana ciri dan cara mempertahankan otak yang sehat? dr. Pukovisa Prawiroharjo, Sp.S , staf pengajar neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), merumuskan pola 4-4-2. Pola yang terinspirasi dari sepak bola ini merupakan pola sederhana yang bisa diterapkan demi otak yang sehat terjaga.
Pola empat pertama adalah otak bebas masalah. Untuk mencapai otak bebas masalah, otak mesti dijaga dari berbagai paparan/racun yang merusak otak. Satu, otak mesti dijaga dari paparan luar seperti asap rokok, asap kendaraan, dan polusi udara lainnya. Selain itu, jauhkan diri dari narkotiba. Sebab obat-obatan itu sudah jelas merusak otak.
Dua, otak mesti bebas dari racun dalam tubuh akibat berbagai penyakit, misalnya penyakit ginjal, lever, dsb. Hal ini berarti, untuk menjaga otak tetap sehat, tubuhpun juga harus dijaga dari ancaman berbagai penyakit.
Tiga, pembuluh darah yang menjadi distributor nutrisi ke otak harus sehat. Empat, otak bebas dari penyakit otak. Misalnya dijaga agar tidak terkena benturan. Otak bebas dari masalah jika otak tidak terkena infeksi otak, tumor otak, stroke, dsb.
Selanjutnya, terang Pukovisa, pola empat kedua adalah otak diberikan pasokan dan ditunaikan haknya dengan sebaik-baiknya. Pertama, pastikan otak diberikan nutrisi yang seimbang. Segala kebutuhan otak untuk berkembang mesti dipenuhi, baik makronutrien seperti protein dan energi dan mikronutrien misalnya vitamin, mineral, dan elektriolit.
Kedua, izinkan otak menerima pasokan gerak yang aktif dan produktif. Salah satunya adalah dengan olahraga rutin setiap hati. Ketiga, otak juga mesti selalu belajar dan berpengalaman. Sehingga ia perlu dirangsang dengan cara positif. Hindari stres pikiran yang bersifat negatif.
Keempat, berikan hak pada otak untuk beristirahat dengan optimal. Caranya ya cuma satu, memiliki pola tidur yang baik, cukup waktunya, serta mantap kualitasnya.
Pola dua yang terakhir adalah soal otak yang sehat akan ada kepribadian yang sehat pula. Hal yang pertama, berkaitan dengan kesehatan otak untuk membentuk kepribadian yang baik. Termasuk di dalamnya integritas. Faktor utama yang menjadi pendorongnya adalah tindakan dan kebiasaan kognitif yang dilatih terus-menerus menuju kebaikan.
Selanjutnya, arah otak dioptimalkan agar terbentuk kejiwaan dan spiritualitas yang baik pula. Caranya? Kita hanya perlu menujukan diri pada kebajikan dan nilai-nilai spiritual sebagaimana mestinya.
Pola 4-4-2 di atas, jika terpenuhi, adalah gambaran ideal dari otak yang sehat. Semestinya, jika seluruh pola itu terjalani dan dilakukan dengan baik, maka tercapainya otak yang sehat, pasti diikuti dengan kecerdasan pula.
Atau setidaknya, memiliki potensi untuk mengembangkan kualitas kecerdasan diri. Nah, setelah itu otak yang sehat tinggal dimanfaatkan dan diarahkan pada porsi yang tepat.
Dari seluruh aspek tadi, harus diupayakan jangan sampai ada yang terlewat. Upaya untuk menyehatkan otak ini, sebaiknya dilakukan sejak dalam kandungan. Sebab, sejak bayi dalam kandungan, memori dan kecenderungan arah otak sudah bisa dibentuk.
Paling penting nutrisi pada otak, terang dr. Rina Agustina, MD, PhD, Staf Pengajar Ilmu Gizi FK UI, dipenuhi pada saat kehamilan hingga anak berusia dua tahun. Fase ini disebut early nutrition. Sebab early nutrition ini akan sangat mempengaruhi otak di masa depan. Istilahnya early nutrition for future life.
Bagi ibu hamil, sangat penting untuk memastikan asupan makanan yang sehat bagi otak. Karena itu, perlu menyeleksi jenis makanan dengan ketat. Sejak dini, cegah hal-hal yang dapat menjadi racun bagi perkembangan otak bayi. Bahkan, Pukovisa menyarankan agar stimulasi otak dini bagi bayi perlu dilakukan dengan stimulasi suara. Juga sangat penting untuk menjaga kondisi psikis si ibu demi perkembangan otak bayi.
Baru setelah bayi lahir dan bertumbuh, ia bisa distimulasi dengan berbagai rangsangan terkait dengan fungsi seluruh panca inderanya. Namun ingat, pastikan untuk mengajari dan membimbingnya dengan terarah. Seperti pola 4-4-2 tadi.
Oh ya, satu lagi pola hidup yang buruk bisa merusak otak dengan cepat. Misalnya, jarang sarapan pagi. Tidak sarapan pagi menyebabkan kadar gula yang dibutuhkan tubuh menjadi rendah, padahal 1/3 kebutuhan energi tubuh ada pada otak.
Untuk orang-orang yang tidak mampu mengatur pola hidup yang sehat, pengawasan ketat terhadap otak malahan harus lebih. Minimal setahun sekali, secara berkala harus dilakukan pengecekan kesehatan. Termasuk pemeriksaan terhadap fungsi otak.
Sebab, kondisi terburuk bisa saja terjadi kalau tidak ada kesadaran dan tindakan untuk menjaga kesehatan otak. Paling buruk adalah cacat fungsi kasar berupa kemampuan untuk bergerak dan pola gerakan. Lalu, cacat fungsi halus yang terkait dengan kemampuan untuk mengurus diri sendiri seperti makan, mandi, dan berpakaian.
Untuk mengembangkan kemampuan fungsi otak, waktu paling pas untuk memulainya sebenarnya adalah sejak seseorang sudah mampu berbahasa dan melakukan tindakan motorik halus. Sebab bahasa adalah kunci dari ilmu pengetahuan dan motorik halus adalah dasar dalam segala keterampilan.
Kabar baiknya, jika masa itu sudah terlewat, kita masih tetap bisa mengembangkannya. Sebab secara usia, tidak ada batas sampai kapan kita bisa meningkatkan kemampuan otak. Kapan saja, bahkan di usia paling senja sekalipun asal berniat, otak masih bisa dikembangkan.