Bikin Uang Bekerja untuk Kita; Agar Bahagia di Hari Tua

Ade Sulaeman

Penulis

Bila memiliki pendapatan dari passive income, maka masa tua kita tinggal leyeh-leyeh saja.

Intisari-Online.com – Kondisi finansial Anda mungkin berkecukupan atau bahkan berlebih. Tapi jika belum memiliki penghasilan pasif alias passive income, maka Anda belum meraih kebebasan finansial.

--

Mohammad Cholil (60) saat ini tengah kebingungan. Dana pensiun yang sudah ia dapatkan sejak lima tahun lalu mulai menipis. Ia pun baru mulai mencari produk investasi untuk menyalurkan sisa-sisa dana pensiun yang masih dimilikinya. Tak ada pilihan lain selain menghemat segala pengeluaran di masa tua.

Padahal, semasa bekerja di sebuah perusahaan asing di bidang perangkat komputer, Cholil hidup berlebih. Kini, satu-satunya aset yang dimiliki hanyalah rumah yang ditinggali bersama istri dan anaknya. Rumah itu pun masuk ke dalam rencana aset yang hendak dijual demi memenuhi kebutuhan ke depannya.

Apa yang dialami Cholil mungkin juga dialami banyak pensiunan lainnya. Tak punya aset sebagai sumber passive income setelah memasuki usia pensiun. Padahal, seandainya Cholil mempersiapkan diri sebelum pensiun dengan menyisihkan waktu dan dana untuk membangun aset, kehidupannya tak akan menurun seperti sekarang ini. Itulah gunanya memiliki passive income bagi banyak orang.

Perlu diketahui, pendapatan yang diterima dari hasil bekerja menjadi karyawan termasuk dalam kategori active income. “Tipe orang seperti ini dikatakan belum meraih kebebasan finansial,” ungkap Safir Senduk, perencana keuangan. Disebut demikian, karena tanpa aktivitas pekerjaan itu, pendapatan tentunya akan berhenti. Ketergantungan ini mengikat Anda terhadap pekerjaan. Singkatnya, Anda tidak bebas dalam memperoleh penghasilan.

Membangun aset

Lain halnya dengan passive income. Anda tak perlu berusaha keras atau melakukan pekerjaan agar memperoleh penghasilan. “Passive income adalah income yang bisa kita dapatkan walaupun kita tidak lagi bekerja,” ujar Safir. Kalaupun ada usaha, hanya di awal saja. Seterusnya, uang yang Anda tanamkan akan bekerja sendiri dan menghasilkan keuntungan secara terus menerus. Nyaman, bukan?

Memiliki passive income tak semudah membalikkan telapak tangan. Begitu setidaknya yang ingin disampaikan Safir Senduk. Menurutnya, pemilik passive income adalah golongan orang-orang yang telah naik kelas. Tentunya, naik kelas dari yang sebelumnya mengandalkan pekerjaan mereka untuk menghasilkan pendapatan. “Untuk mendapatkan passive income, umumnya kita harus bekerja dulu,” jelas Safir.

Dikatakan Safir, ada beberapa cara yang umumnya diambil oleh orang-orang yang ingin memiliki aset sebagai sumber passive income. Salah satu contoh asetnya adalah deposito. Nah, bunga yang didapat tiap bulan dari deposito itu termasuk ke dalam passive income. Aset lainnya adalah di bidang properti, misalkan rumah. Kita membeli rumah, lalu rumah tersebut disewakan kepada orang lain. Pendapatan uang sewa per bulan atau per tahun inilah yang disebut passive income.

Selain itu, aset juga bisa didapat dari jaringan bisnis. Ambil contoh, kita membangun usaha restoran ayam goreng. “Mungkin pada dua tahun pertama, kita harus berusaha keras membangun sistem agar restoran tersebut bisa mapan,” tutur Safir. Selepas dua tahun, bisa saja restoran ayam goreng itu dilepas dengan sistemnya yang sudah berjalan sempurna. Keuntungan yang didapat tiap bulan atau tiap tahun termasuk ke dalam passive income.

Contoh lainnya adalah dengan menelurkan karya. Pencipta lagu, penulis buku, dan penemu suatu barang adalah sederet orang-orang yang memiliki passive income. Mereka mendapatkan royalti atau hak cipta dari karya-karyanya. Royalti inilah bentuk lain dari passive income. Untuk dapat memiliki aset-aset yang disebutkan di atas, tentunya kita harus berusaha atau bekerja dulu.

Artikel Terkait