Janganlah Memandang Hanya Satu Sudut Pandang, Seperti Cerita Pak Guru dan Toples Ini

Ade Sulaeman

Penulis

Kisah pak guru dan toples.

Intisari-Online.com- Ia adalah seorang guru yang sangat disukai murid-muridnya. Jika ia masuk ke kelas, maka semua murid akan langsung duduk rapi di depannya. Seperti hari ini.

Pak guru masuk ke dalam kelas sambil membawa sebuah toples yang besar. Tanpa berkata apa-apa kepada muridnya, ia memasukkan satu per satu baru ke dalam toples kaca itu. Setelah dirasa cukup penuh. Ia bertanya kepada muridnya.

“Apakah toples ini sudah penuh?”.

Murid-murid serentak menjawab. “Iya pak guru. Toples itu sudah penuh sekarang.”

Mendengar itu, pak guru memasukkan kerikil-kerikil yang berwarna merah ke dalam toples kaca itu. Karena ukurannya jauh lebih kecil, kerikil-kerikil itu bisa masuk pada sela-sela batu besar. Setelah semua kerikil masuk, sang guru kembali bertanya.

“Apakah toples ini sudah penuh?”.

Dengan keyakinan yang masih sama. Mereka menjawab sama. “Iya pak guru. Toples itu sudah penuh sekarang.”

Guru tersebut kembali mengambil satu buah toples kecil berisikan pasir putih yang hapus. Kemudian semuanya ia masukkan ke dalam topsle. Tentu pasir putih halus ini bisa masuk memenuhi ruang kosong di antara batu besar dan kerikil merah.

Ia menatap murid-muridnya dan bertanya hal sama. “Apakah toples ini sudah penuh?”.

Kali ini, semua murid tidak langsung menjawab. Mereka memerhatikan dengan seksama keadaan dalam toples. Sudah tidak ada ruang, menurut mereka. Walau sedikit ragu karena sudah dua kali salah, mereka menjawab.

“Iya pak guru. Kali ini, toples sudah memang penuh.”

Seperti sebelumnya, sang guru berbalik dan menuangkan air yang berada dalam tempat minumnya dan menuangkan air ke dalam toples. Ketika air sudah mencapai bibir toples, ia kembali menanyakan hal yang sama pada muridnya.

“Apakah toples ini sudah penuh?”.

Semua murid terdiam. Tapi ada dua sampai tiga orang murid yang berani menjawab. “Iya pak guru.”.

Sama seperti sebelumnya, sang guru mengambil satu kantong garam halus dan menaburkannya ke di atas permukaan air. Sedikit demi sedikit garam tersebu larut dan sekantong garam itu habis.

“Apakah toplesnya tersebut sudah penuh?”.

Tidak ada yang menjawab. Sampai akhirnya satu orang murid berani menjawab. “Iya pak guru. Toples itu sudah penuh sekarang.”

“Benar. Toples ini sudah penuh sekarang,” jawab pak guru.

Guru tersebut kembali melanjutkan kata-katanya, “Ingatlah bahwa tidak hanya ada satu interpretasi dari segala hal.”.

Karena untuk menilai sesuatu untuk disimpulkan, seseorang tidak bisa hanya bisa memandang satu sudut pandang saja. Kita harus melihat dari berbagai sudut yang berbeda agar kesimpulan tersebut bisa dipertanggungjawabkan.

Artikel Terkait