Penulis
Intisari-Online.com -Bukan perkara mudah meningkatkan minat baca buku di tengah era internet seperti saat ini. Itulah yang dirasakan oleh pasangan suami-istri, Pian si sopir angkot dan Elis si guru honorer. Mereka ingin semua orang melek baca, termasuk para penumpang yang naik angkot Pian. Mereka pun menyulap angkot menjadi perpustakaan sederhana.
Supaya para penumpang kerasan, Pian pun menyediakan buku yang bermacam-macam.
Ide bermula saat Elis, yang berusia 29 tahun, meminta agar angkot yang dikemudikan Pian dilengkapi buku bacaan. Tak perlu berpikir panjang, Pian pun menyanggupi saran istrinya yang berprofesi sebagai guru honorer di SD Cisalak, Bandung, itu.
Bermodal uang Rp300 ribu, Pian merangkai keranjang besi yang ditempel di bagian belakang mobil angkot milik kerabatnya. Agar penumpang tak bosan, Pian sengaja menyajikan variasi buku bacaan. Dari mulai politik, agama, kesehatan, novel, hingga komik. Saat ini ia baru memajang sekitar 26 buku.
Baca juga:Djudju Djunaedi Alias Abah Udju, 28 Tahun Membuka Perpustakaan Keliling Tanpa Dibayar
“Ide setahun lalu, istri saya kan guru honorer. Ia suka keliling kampung memberikan konseling bagi warga yang kurang dapat perhatian dalam pendidikan. Mulai Juni lalu, angkot saya diisi buku,” ucap pria berusia 36 tahun itu.
Ide kecilnya itu berbuah positif. Pujian mengalir deras kepada pasutri yang baru dikaruniai seorang anak itu. “Istri banyak koleksi buku, jadi sekarang termanfaatkan. Penumpang juga suka. Jalur Soreang-Leuwipanjang kan macet, lumayan jadi obat macet. Kalau lagi macet penumpang serius baca buku,” ujar Pian dengan senyum merekah.
Namun, upayanya untuk meningkatkan literasi baca tak berjalan mudah. Di kalangan sopir, Pian kerap mendapat nyinyiran. “Ya, ada juga yang nyinyir, tapi banyak juga yang mengapresiasi,” ucap pria yang tingal di Kompleks Parahyangan Kencana Blok A 11 No. 7, Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, itu.
Mimpi bangun perpustakaan
Pian kerap memerhatikan minat baca penumpangnya. Menurutnya, dalam sekali jalan hanya sedikit penumpang yang mau membuka koleksi bukunya. Sisanya, penumpang hanya asyik dengan telepon pintarnya.
“Paling hanya 4-5 orang yang mau baca buku,” ucap Pian yang saat itu mengenakan kemeja lengan panjang dipadu jins biru dongker lusuh.
Ide angkot pustaka itu pun tak lantas mendongkrak penghasilannya. Pian mengaku, setiap hari ia hanya mengantongi untung sebesar Rp100 ribu. “Pendapatan gak naik biasa saja, tapi niatnya memang hanya memberi fasilitas buat yang senang baca saja," tuturnya.
Baca juga:Lewat Sepeda Motor, Pria Ini Jadi 'Perpustakaan Berjalan' untuk Anak-anak Uganda
Membuat perpusatakaan dalam angkot menjadi pelipur hasrat keluarga Pian untuk memiliki perpustakaan gratis di tengah krisis literasi baca di masyarakat. “Istri saya itu operator perpustakaan di SD Cisalak. Jadi dia banyak koleksi buku. Istri saya dari dulu pengen banget punya perpustakaan. Bisa dibangun di samping rumah dan digratiskan untuk anak-anak,” tutur Pian.
Namun, keinginan itu sulit terwujud dengan kondisi ekonomi keduanya yang terbatas. Dengan penghasilan yang pas-pasan, Pian merasa cita-cita istrinya itu sulit terwujud.
Selain untuk menafkahi keluarganya, Pian pun harus membayar cicilan mobil angkot yang mencapai Rp3 juta selama dua tahun ke depan. “Penghasilan saya paling Rp100 ribu per hari, istri saya gajinya Rp800 ribu sebulan. Susah sih, tapi saya akan kerja keras untuk mewujudkan cita-citanya,” katanya.