Intisari-Online.com -Berawal dari kecintaannya membaca, kakek ini ingin semua orang memiliki akses terhadap buku. Ialah Djudju Djunaedi, selama 28, dengan sepeda tuanya, membuka perpustakaan keliling di Purwakarta tanpa dibayar sepeser pun.
Dalam sehari, kakek 68 tahun ini mengayuh sepeda sejauh 15 km untuk meminjamkan bukunya ke masyarakat di perkampungan Purwakarta. Sejak tahun 1988, dia menjalankan perpustakaan keliling Saba Desa. “Abah mulai tahun 1988, saat itu masih kerja di PTPN VIII. Sepulang kerja, pukul 14.00 sampai sore saya mulai keliling meminjamkan buku,” ujar Abah Udju.
Mula-mula, antara 1988-2002, ia menjalankan perpustakaan kelilingnya dengan berjalan kaki. Ia datang ke rumah-rumah di desanya, Gunung Hejo. Pada 2002, ia begabung Paguyuban Pasundan dan mendapatkan bantuan sepeda untuk perpustakaan kelilingnya. Namun pada 2006, ia jatuh dari sepeda.
Sepedanya rusak parah dan giginya ompong. Saat itu, ia kembali berjalan kaki. Hingga 2009 ia mendapatkan sepeda kembali dari salah satu stasiun televisi swasta. Karena usianya tak lagi muda, ia mendirikan ketua kelompok membaca di setiap desa. Jadi ia mendrop buku di ketuanya untuk disebarkan kepada pembaca. Buku tersebut baru akan diambilnya sepekan kemudian.
“Sekali pergi paling banyak bawa 50 buku dan majalah. Sebagian di tas, sebagian di sepedanya,” tuturnya. Buku tersebut tidak disewakan. Jika ada orang yang memberikan sejumlah uang, ia bersyukur. Namun tidak pun, tidak apa-apa. Karena baginya ini adalah pengabdian.
Buku yang ia pinjamkan juga banyak yang tidak kembali. Namun ia tidak pernah khawatir akan kehabisan buku. Yang ada, bukunya terus bertambah. Buku-buku tersebut datang dari sumbangan. Awalnya ada yang memberikan ratusan majalah Tempo ke dirinya.
Lalu ia membuat surat pembaca di berbagai media hingga ia pun tiap pekan datang ke kantor pos untuk mengambil buku dan majalah dari masyarakat. Dari perjuangannya, ia mengantongi beberapa penghargaan, di antaranya Nugra Jasadarma Pustaloka dari Perpustakaan Nasional. Ia juga mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, termasuk Pemkab Purwakarta.
“Dari Pemkab Purwakarta dapat buku, uang, dan umrah,” tutupnya.(Kompas.com)