Find Us On Social Media :

Pilih Belanja Bulanan atau Harian?

By K. Tatik Wardayati, Selasa, 18 Oktober 2016 | 10:03 WIB

Pilih belanja bulanan atau harian?

Intisari-Online.com – Boro-boro mau nabung, buat belanja kebutuhan sehari-hari saja pas-pasan. Itu saja sudah dikurangi untuk membayar cicilan ini-itu. Sebenarnya, ada cara untuk mengakalinya, asalkan kita disiplin mengubah kebiasaan lama. Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Intisari Extra edisi September 2014, yang ditulis oleh I Gede Agung Yudana, Nis Antari, dan K. Tatik Wardayati.

--

Belakangan ini harga-harga kebutuhan kita – primer, sekunder, dan tersier – merangkak naik. Segala cara kita lakukan untuk berhemat selagi pendapatan tak berubah. Entah dengan mengurangi pengeluaran, menunda kebutuhan yang eng-gak perlu-perlu amat, kalau perlu menurunkan standar asal kebutuhan terpenuhi. Berbagai kiat mesti dicari agar keuangan keluarga tidak jebol.

Rencana anggaran pendapatan dan belanja rumah tangga pun perlu disusun dari awal. Bila perlu, upayakan menambah pendapatan. Meski dalam praktik, mencari tambahan pemasukan itu tidak semudah teorinya. Karena itu pilihan yang realistis dan cepat dilaksanakan, ya tentunya mengurangi pengeluaran. Berusahalah agar pengeluaran dari waktu ke waktu selalu lebih kecil dari penghasilan agar tidak defisit. Semakin kecil tingkat pengeluaran semakin ba­gus. Menabung juga mesti dilakukan.

Prioritas pengeluaran

Sedapat mungkin kita hanya belanja sebesar jumlah yang sudah dianggarkan. Untuk itu kita perlu mengetahui pendapatan dalam satu bulan, baik yang tetap maupun tidak tetap. Lalu, catat semua rencana pengeluaran dalam sebulan. Tentu saja, anggaran pengeluaran mesti lebih kecil dari pendapatan.Menurut Ahmad Gozali, seorang konsultan keuangan di Jakarta, pengeluaran kita sebaiknya dibagi menjadi empat pos berdasarkan skala prioritas.

Prioritas pengeluaran pertama, kewajiban berderma atau kewajiban terhadap orang lain. Pos per­tama ini harus dibayarkan begitu menerima gaji atau penghasilan. Dalam Islam, misalnya, dikenal dengan zakat, persepuluhan untuk penganut Nasrani, pun untuk penganut Hindu, dan sebagainya. Namun, bagi yang merasa belum mampu karena penghasilannya belum stabil, yang bersangkutan tidak dikenai kewajiban berzakat.

Prioritas kedua, kewajiban ter­hadap pihak ketiga. Yaitu cicilan utang semisal pembayaran tagihan kartu kredit, cicilan mobil atau rumah. Agar tak terlilit utang, sebaiknya kita membatasi cicilan utang bulanan. Seandainya pun harus berutang, total kewajiban cicilan bulanannya sebaiknya tak melebihi 30% penghasilan bulanan. Dengan demikian 70% sisanya (dari peng­hasilan) dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup lain­nya dan juga investasi.

Prioritas ketiga, pengeluaran untuk diri yang manfaatnya diraih di masa depan. Yaitu tabungan, membayar premi asuransi, dan menyisihkan dana cadangan. Pos tabungan ini untuk membatasi pengeluaran yang tidak terduga dan tidak terencana seperti menderita sakit yang butuh biaya pengobatan. Pengeluaran tidak rutin lainnya juga bisa diambil dari pos dana cadangan ini. Dana cadanganini bisa berbentuk uang atau barang yang dapat dicairkan secara cepat saat terjadi keperluan men­dadak.

Penyisihan tabungan, sebaiknya dilakukan bersamaan dengan pembagian uang untuk pos-pos pengeluaran lainnya. Menabung harus masuk daftar prioritas tinggi begitu kita menerima gaji. Besarnya, tidak ada patokan pasti, tapi paling tidak 10% dari penghasilan bulan-an. Itu pun mesti dilihat pada tujuan masa depan. Angka 10% itu minimal, kalau belum berkeluarga dan tinggal di rumah orangtua, bahkan menabung pun bisa dapat sampai 40%. Tabungan yang ini, sebaiknya tidak boleh diutak-atik. Kalau perlu, simpan di bank ter­percaya tapi tidak mudah dijang­kau.

Bentuk dana cadangan dianjur­kan disiapkan minimal tiga kali pengeluaran per bulan. Namun, bila penghasilan kita belum stabil, sebaiknya jumlahnya lebih  besr. Misalnya enam kali pengeluaran rutin per bulan. Dana cadangan ini sebaiknya dipisahkan ke dalam rekening tersendiri. Nah, jika saat ini sama sekali tidak memiliki simpanan uang tunai, sebaiknya segera berusaha untuk menyisihkan minimal 10% secara rutinnya dari penghasilan atau gaji bulanan.

Prioritas terakhir adalah pemenuhan kebutuhan saat ini. Salah satunya belanja kebutuhan sehari-hari. Pos ini sebagai prioritas terakhir karena tiga prioritas sebelumnya memiliki konsekuensi besar. Misalnya saja soal kewajiban terhadap pihak ketiga, bila tidak dilakukan, seperti menunggak pembayaran, maka kita terkenal konsekuensi membayar bunga sekaligus denda. Demikian halnya bisa terjadi jika kita tidak atau terlambat membayar premi asuransi.

Belanja untuk memenuhi kebutuhan saat ini  bisa lebih fleksibel. Artinya, bisa leluasa melihat mana saja pos pengeluaran yang bisa dikurangi. Misalnya saja, penggunaan listrik atau air bisa dibuat lebih efisien. Untuk membeli aksesoris terutama bagi wanita pun bisa dikurangi. Juga anggaran untuk menunjang hobi. Anggaran untuk belanja makanan bisa ditekan dengan cara mengubah menu menjadi lebih sederhana. Demikian pula anggaran transportasi. Kalau biasa ke kantor dengan mobil pribadi, mungkin penggunaannya sekarang hanya ketika hari hujan. Selebihnya, bisa menggunakan transportasi umum atau nebeng, tentunya dengan membayar ong­kos tertentu.

Pos pengeluaran ini pun lebih luwes, artinya pos ini dapat dikurangi dan bila dianggap mendesak dapat ditambah. Kita juga bisa memasukkan anggaran rekreasi di pos ini. Tentu saja setelah kebutuhan pengeluaran utama terpenuhi. Tapi harus disiplin terhadap angka yang telah ditetapkan. Dan bila tersisa, dapat disimpan untuk kebutuhan rekreasi di masa men­datang.