Find Us On Social Media :

Jangan Percaya Dengan Ucapan Orang Lain Jika Tidak Ingin Seperti Anak Elang Ini

By Mentari Desiani Pramudita, Senin, 17 Oktober 2016 | 18:28 WIB

Anak elang yang percaya dengan ucapan orang lain dan akhirnya meninggal.

Intisari-Online.com- Siang itu, ada sedikit guncangan yang membuat sarang elang di atas pohon terjatuh. Dari lima butir telur elang, ada satu yang terpental ke luar dan menggelinding. Beruntungnya karena kokohnya cangkang, membuat telur itu tidak pecah, hingga telur elang itu masuk dalam sangkar ayam.

Di dalam sangkar, induk ayam sedang mengerami telur-telurnya. Termasuk telur anak elang yang ia kira adalah salah satu telurnya. Beberapa hari setelahnya, semua telur menetas. Namun ada satu ekor di antaranya yang berbeda dari anak ayam lainnya. Ia adalah anak elang yang dikerami induk ayam. Sejak itu, ia terlahir dalam keluarga ayam.

Bertahun-tahun tumbuh bersama, si elang kecil punya banyak keinginan. Salah satunya ingin terbang seperti burung-burung elang di atas sana. Ia kagum ketika elang-elang di sana mengepakkan sayap indahnya. Mampu berterbangan di langit biru dengan bebas.

“Andai aku bisa terbang...”, ucap elang kecil murung sambil menatap ke atas langit.

Ternyata ucapannya di dengar oleh saudara-saudaranya yang lain. Mereka tak segan-segan menghina elang kecil.

“Heh kamu!! Jangan mimpi. Kamu itu anak ayam, mana bisa terbang seperti burung,” ejek anak ayam kecil sementara yang lain tertawa. Wajah elang kecil tertunduk. Antara sedih dan malu.

Suatu hari ia pernah bertanya pada sang induk, namun induknya selalu menasehati bahwa ia seekor ayam yang tidak mungkin terbang. Ucapan induknya membuatnya pesimis. Ditambah ejekan saudaranya yang lain. Akhirnya si anak elang berhenti mengejar mimpinya. Ia melupakan kehidupan elang dan hidup menjadi layaknya anak ayam pada umumnya. Tak lama setelah itu, ia meninggal.

Si anak elang meninggal dalam keadaan menyerah. Menyerah karena percaya pada ucapan orang lain tanpa ia mau berjuang menggapainya. Andai ia percaya pada keyakinannya dan tidak mendengarkan ucapan orang lain, mungkin sekarang ia menggapai mimpinya yang bisa terbang tinggi sebagaimana dirinya yang sesungguhnya.