Penulis
Intisari-online.com—Pikiran dan perasaan sebenarnya bisa sejalan. Asal kita tahu bagaimana menyatukan keduanya. Kegagalan kita adalah kita sering kali tidak mampu mengendalikan pikiran karena kalah pada perasaan. Sebaliknya, sering kali kita juga terlalu logis berpikir tanpa perasaan.
Sebenarnya semua hal itu bisa diatasi dengan mengoptimalkan pikiran. Perasaan kita bisa dikendalikan dengan mengatur cara beprikir kita.
Dengan pikiran, kita dapat mengubah perasaan sedih menjadi senang, takut menjadi berani, pesimis menjadi optimis, dan bosan menjadi penuh gairah. Betul kata filsuf, Marcus Aurelius, hidup ini memang ditentukan pikiran.
Kalau memikirkan hal-hal yang menyenangkan, maka kita cenderung senang. Jika kita memikirkan hal yang menyedihkan, kita pasti akan sedih. Termasuk juga di dalamnya rasa takut. Betul, kan?
Sepanjang hari yang kita jalani, tidak akan kita nikmati dengan baik jika kita tidak mampu mengatur pikiran dan perasaan kita.
Misalnya, saat isi kantong menipis. Kalau kita mengisi pikiran dan hati kita dengan keluhan, ya wajar saja kita akan merasa bahwa kita adalah orang yang paling sial. Tapi, kalau kita mampu mengisi pikiran dan perasaan kita dengan rasa syukur walau kantong kempis, percayalah maka kita tetap bisa menjalani hari dengan lebih ringan.
Jadi, poinnya adalah mengendalikan pikiran. Perasaan kita pun akan tergantung dengan cara pandang kita dalam berpikir. Nah, cara terbaik adalah dengan menanggapi segala sesuatu dengan pikiran dan tanggapan yang positif. Cobalah tersenyum saat sedih, cobalah rileks saat banyak tekanan dan masalah.
Ketimbang membiarkan diri terpuruk dalam kesedihan dan perasaan emosional lainnya. Lebih baik membawa diri kita pada pikiran orang yang tangguh dan hidup pun menjadi lebih menyenangkan.
Kumpulan Artikel Psikologi Intisari 2005