Find Us On Social Media :

Badai Chaba dan Cantiknya Nama-nama Badai Itu

By Moh Habib Asyhad, Jumat, 7 Oktober 2016 | 09:00 WIB

Badai Chaba dan Cantiknya Nama-nama Badai Itu

Intisari-Online.com - Rabu (5/10) badai Chaba menghantam Busan, Korea Selatan. Dilaporkan Daily Mail, setidaknya enam korban tewas dalam peristiwa yang terjadi di wilayah bagian selatan Semenanjung Korea itu.

Kita sering bertanya-tanya, kenapa badai-badai ini memiliki nama yang cantik-cantik. Selain Chana, kita mengenal badai Yolanda yang pernah menghantam Filipina menjelang akhir 2013. Ada pula badai Katrina yang meluluh-lantakkan Amerika pada 2011. Lalu ada badai Sandy, Ophelia, Paula, dan lain sebagainya.

Sebenarnya, kenapa nama-nama itu dipilih untuk menjadi nama sebuah topan? Apakah itu asal bunyi saja?

Berawal dari nama-nama santa

Penamaan badai sejatinya sudah ada jauh-jauh hari. Masyarakat di seputaran Karibia sudah menggunakan nama-nama “aneh” untuk menyebut topan-topan tersebut, meski terkesan sangat serampangan.

Dalam bukunya Hurricane, Ivan R Tannehill, seorang letnan yang banting setir menjadi ilmuwan cuaca, mengatakan bahwa awal penamaan badai banyak terinspirasi dari nama-nama santa perempuan dalam agama Katolik. Lebih tepatnya adalah santa-santa yang tanggal lahirnya berdekatan dengan tanggal terjadinya badai yang bersangkutan. Nama Santa Ana, milsanya, dipilih untuk menyebut badai yang terjadi pada 26 Juli 1825 di Puerto Rico.

 

Amerika Serikat pernah mengusulkan menggunakan titik koordinat untuk menentukan nama badai, tapi itu gagal karena dianggap terlalu rumit. Alasannya karena metode identifikasi ini sulit sehingga lebih banyak menyebabkan kesalahan.

Revolusi penamaan badai terjadi di awal tahun 1950-an. Pada 1953, para peramal cuaca mulai menggunakan nama-nama perempuan. Sistem ini kemudian diadopsi oleh Natioan Hurricane Center untuk memberi nama-nama badai di wilayah Atlantik.

Sistem pemberian nama lantas disempurnakan pada 1979. Tidak hanya nama-nama perempuan, tapi juga nama-nama laki-laki, dengan sistem alfabetik. Nama-nama yang berawalan Q, U, X, Y, dan Z tidak digunakan. Belum ditemukan alasan pasti kenapa nama-nama dengan awalan huruf tersebut diabaikan.

Tiap tahun ada sekitar 21 jatah nama. Apabila badai yang terjadi melebihi jumlah nama, selanjutnya akan didasarkan pada aksara Yunani; Alpha, Beta, dan seterusnya. Misal untuk nama-nama badai 2012: Alberto, Beryl, Chantal, Ernesto, Sandy (terparah), Joyce, dan lain sebagainya.

Selalu dirotasi

Otoritas pemberian nama badai berada di bawah kuasa badan meteorologi dunia, Word Meteorogical Organization. Badan ini bertugas memperbarui enam wilayah cuaca di dunia dengan Amerika Serikat sendiri dibagi menjadi beberapa wilayah: utara, tengah, dan Karibia.

Nama-nama tersebut akan dirotasi setiap enam tahun. Nama-nama yang memakan banyak korban akan diabaikan dan diganti dengan nama-nama baru. Nama-nama tersebut akan dipilih melalui pemungutan suara yang dilakukan oleh WMO.

Selain itu, nama-nama itu juga harus sesuai dengan visi awal pemberian nama badai, di antaranya:

-      Bisa membantu mengidentifikasi setiap siklon dengan mudah.

-      Bisa membantu masyarakat sepenuhnya sadar atas perkembangan badai.

-      Mempermudah media lokal atau internasional untuk fokus terhadap satu siklon.

-      Tidak membingungkan masyarakat.

-      Mudah diingat.

-      Kemampuan untuk menjangkau masyarakat luat lebih cepat.

Jadi, jangan pernah pernah terkecoh dengan nama-nama badai yang cantik-cantik itu.