Find Us On Social Media :

Mengapa Jantung Berdebar-debar Ketika Dalam Tekanan

By Esra Dopita M Sidauruk, Kamis, 29 September 2016 | 13:00 WIB

Mengapa Jantung Berdebar-debar Ketika Dalam Tekanan

Intisari-Online.com - Keadaan tubuh manusia akan selalu berubah-ubah. Hal itu dipengaruhi oleh kondisi tubuh, psikologis, maupun lingkungan. Ketika dalam tekanan atau stres, tubuh akan segera merespons penyebab stres (stressor) agar dapat beradaptasi dengan tekanan. Nah, ini alasan mengapa jantung berdebar-debar ketika dalam tekanan.

Perlu diketahui, setiap orang memiliki respons tubuh yang berbeda-beda terhadap tekanan. Ada yang mengalami sakit perut, jantung berdebar, gatal-gatal, keringat dingin, mual, dan pusing. Perbedaan itu dipengaruhi oleh faktor genetik (kondisi tubuh) dan faktor lingkungan (teori pembelajaran).

Pada faktor genetik, misalnya, mereka yang memiliki kelemahan pada jantung, maka ketika dalam tekanan jantung berdebar-debar. Sebab, ketika dalam tekanan atau cemas, pembuluh darah dan saraf di otak mengalami penyempitan. Akibatnya, jantung mengalami kesulitan untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sehingga membuat jantung berdebar-debar.

Begitu pun dengan perut mulas. Ketika dalam tekanan atau stres, terkadang tubuh memberikan reaksi dengan mengalirkan darah menjauh dari saluran cerna. Akibatnya, dapat menimbulkan perut kembung, diare, sulit BAB, atau perut mulas.

Sementara itu, mereka yang memiliki kelemahan di sistem saraf pusat, maka akan mengalami pusing ketika dalam tekanan. Atau Mereka yang lemah pada paru-paru, maka akan mengalami sesak.

Sedangkan, pada faktor lingkungan adalah bagaimana kita mempelajari keluhan-keluhan tekanan yang dialami oleh orang terdekat, seperti orangtua. Misalnya, ketika dalam tekanan, orangtua kita mengeluh sakit kepala atau pusing, maka kita juga akan mengeluh hal yang sama ketika dalam tekanan.

Akan tetapi, tak perlu khawatir. Respons tersebut bersifat sementara. Artinya, setelah tekanan atau kekhawatiran itu lewat, maka tubuh akan kembali normal. Akan tetapi, pada tingkat tekanan atau stres yang kronis kondisi tersebut tidak mudah hilang.

(Intisari edisi Juli 2016)