Penulis
Intisari-Online.com –Sejak abad ke-16, orang Belanda suka sekali oliebol. Itu lo, kue yang bentuknya bulat dan rasanya manis, mirip roti goreng. Bagian luarnya ditaburi gula bubuk.Kue favorit ini disebut oliebol (bulatan minyak), karena menggorengnya memerlukan banyak minyak. Kalau tidak sampai terendam minyak, matangnya tidak merata. Luarnya sudah hampir hangus, eh dalamnya masih mentah!Satu setengah abad kemudian, banyak orang Belanda pindah ke Benua Amerika. Di kediaman baru ini mereka juga suka membuat oliebol. Kue itu bukan hanya untuk dinikmati keluarga mereka sendiri, tetapi juga disuguhkan kepada para tamu. Temyata, banyak tamu yang menyukainya dan meminta diajari membuatnya.Penduduk Amerika yang bukan berasal dari Belanda ikut-ikutan membuat oliebol.Tidak semua menyukai bentuk bol (benda bulat, bola). Ada yang mencoba membuat bentuk-bentuk lain dari adonan oliebol.Banyak di antara mereka lebih suka model gepeng yang mirip bolang-baling dan cakue pendek. Bentuk seperti ini bisa membalik sendiri saat digoreng sehingga menghemat kerja. Bagian dalamnya pun lebih cepat matang daripada yang bulat. Habis, pipih sih.Karena bentuknya tidak selalu bulat lagi, kue ini tidak lagi disebut oliebol melainkan doughnut (adonan kenari). Soalnya, setiap kue berasal dari adonan sekecil kenari yang mengembang kalau digoreng.Suatu hari pada tahun 1847, Ny. Gregory yang tinggal di Amerika membuat doughnut untuk anak-anaknya. Anak-anak itu tidak sabar menunggu ia menggoreng doughnut yang bentuknya bulat-bulat. Mereka merengek-rengek, "Ayo dong Bu, cepetan Sudah lapar nih!""Sabar dong! Nanti dalamnya enggak matang!" sahut ibu mereka sambil terus menggoreng. Tetapi, apa yang terjadi? Gara-gara diburu-buru, doughnut-nya pun kurang matang."Huuh, Ibu! Kok begini sih?""Wah, tengahnya mentah. Makanya, hams sabar!" sahut sang Ibu.Hanson Gregory, anak Ny. Gregory yang menjadi kapten kapal laut, mengamati kue itu dengan saksama. Tiba-tiba, ia mendapat akal! "Bu, Bu! Kue ini 'kan yang lama matang cuma tengahnya. Coba deh, lain kali donat ini dibolongin tengahnya!" Benar juga, pikir Ny, Gregory. Saran Hanson diikutinya. Adonan doughnut yang sudah dibentuk bulat lantas dipipihkannya sedikit dan tengahnya dilubangi, seperti cincin. Ketika digoreng, ternyata memang lebih cepat matang dan matangnya merata. Rasanya pun lebih enak.Ketika Ny. Gregory menyuguhkan kue itu kepada keluarganya, mereka pun merasa kue ini lebih enak. Tamu-tamu berpendapat serupa. Jadi, Ny. Gregory selalu membuat doughnut yang bolong di tengahnya, seperti cincin.Orang-orang lain yang mengetahuinya mengikuti jejak Ny. Gregory. Lama-kelamaan, doughnut yang bolong tengahnya mendesak doughnut bentuk lain. Kemudian doughnut bukan hanya dibuat di rumah, tetapi juga di toko-toko roti dan kue. Bahkan kemudian ada perusahaan besar yang khusus membuat kue ini dan membuka toko diIndonesia. Tapi, namanya susah dibaca oleh sebagian besar orang Indonesia! Jadi orang menyebutnya "donat". Mula-mula, donat cuma dijual di pekan raya dan sebagainya. Ternyata, penggemarnya cukup banyak.Kalau tidak ada pekan raya, kaum ibu yang anak-anaknya ingin makan donat harus membuatnya sendiri. Mereka lantas ikut kursus membuat donat. Sampai sekarang, resep dan cara membuat donat kadang-kadang masih muncul dalam majalah-majalah untuk kaum ibu. Kamu bisa juga menemukannya dalam buku-buku yang membuat resep kue dan roti.Namun, kini donat dengan mudah bisa dibeli di toko kue dan roti, bahkan di gerobak dorong. Toko yang khusus menjual donat pun bermunculan di mana-mana.Itulah kisah donat, kue kesukaan kita. Ayo, siapa mau makan donat?--Tulisan ini dimuat di Buku Seri Bacaan Anak Asal Usul 2, Penerbit PT Intisari Mediatama, diterbitkan pada September 2003. Judul asli dari tulisan ini yaitu "Donat".