Find Us On Social Media :

Bersepeda Bikin Kualitas Sperma Turun? Itu Jika Dilakukan Secara Berlebihan

By K. Tatik Wardayati, Minggu, 26 Maret 2017 | 10:40 WIB

Bersepeda Bikin Kualitas Sperma Turun?

Intisari-Online.com – Olahraga bersepeda sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan pernapasan dan peredaran darah. Tapi jangan berlebihan, karena pria yang bersepeda lebih dari 5 jam tiap minggunya memiliki jumlah sperma lebih rendah.

Hubungan antara bersepeda dan kualitas sperma pada pria telah lama menjadi topik pembicaraan. Namun, penelitian yang mengukur seberapa besar hubungan antara keduanya baru terungkap dalam penelitian terbaru oleh Lauren Wise dari Universitas Boston.

(Tak sengaja Menelan Sperma? Ini Kajian Ilmiahnya Bagi Tubuh)

Penelitian melibatkan responden 2.200 pria yang mengunjungi sebuah klinik kesuburan ini dilakukan untuk mengamati sampel sperma masing-masing. Peserta juga diminta untuk mengisi kuesioner tentang kegiatan olahraga yang dilakukan sehari-hari.

Setelah menyesuaikan dengan faktor-faktor lain seperti penurunan berat badan serta kondisi kesehatan, peneliti mengungkapkan bahwa orang yang jarang berolahraga memiliki jumlah sperma lebih rendah daripada mereka yang berolahraga secara teratur. Kualitas sperma juga buruk karena mereka kurang aktif.

Menariknya, beberapa pria yang rajin berolahraga juga mengalami masalah yang sama. Tapi hanya jenis olahraga tertentu yang membuat pria mengalami penurunan kualitas dan kuantitas sperma, yaitu bersepeda.

Bersepeda lebih dari 5 jam seminggu membuat 31 – 40% pria memiliki jumlah sperma di bawah normal. Angka ini bahkan lebih tinggi daripada pria yang tidak pernah olahraga yang hanya 23 – 27%.

(Pilih Mana? Lari, Bersepeda, atau Berenang?)

Para peneliti menduga pemicu trauma adalah akibat gesekan dengan sadel sepeda. Selain itu, peningkatan suhu di daerah tersebut juga diyakini menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi produksi sperma. Namun, peneliti mengakui bahwa responden yang terlibat tidak mewakili penduduk laki-laki pada umumnya. Karena peserta adalah pengunjung klinik kesuburan, bisa jadi sejak awal mereka sudah memiliki masalah dengan spermanya.

“Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat apakah hasilnya konsisten sebelum menyimpulkan adanya sebab-akibat,” lanjut Lauren, seperti dikutip Reuters.