Berkebun Bikin Emosi Stabil

Agus Surono

Penulis

Berkebun Bikin Emosi Stabil

Intisari-Online.com - Berkebun ternyata memperbaiki denyut jantung dan tingkat stres anak yang mengalami gangguan mental. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa sistem saraf otonom dan respon kortisol dipengaruhi aktivitas berkebun.

Banyak penelitian menekankan pengaruh berkebun dalam hubungannya dengan pemulihan fisik dan psikologis, namun sedikit yang melihat pengaruh aktivitas tadi terhadap sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf perifer yang berfungsi mengatur kondisi internal manusia) dan hormon kortisol (hormon yang dikeluarkan saat stres). Sebuah penelitian baru menguji bagaimana aktivitas seperti memetik bunga, menanam, mengatur tanaman bunga, dan membentuk tanaman berpengaruh terhadap pelepasan stres pasien yang mengalami gangguan mental.Pada percobaan pertama, variasi denyut jantung (HRV) diukur pada 30 orang yang mengalami gangguan mental di pusat rehabilitasi di Daegu, Korea Selatan. Para peneliti di percobaan kedua mengukur tingkat hormon kortisol pada 20 orang yang mengalami gangguan mental yang tinggal di rumah tangga di Yeongcheon, Korea Selatan. Min-Jung Lee dari Department of Horticultural Therapy di Catholic University, Daegu (Korea Selatan) menerbitkan hasil kedua percobaan tersebut dalam sebuah laporan diHortTechnology.Untuk percobaan pertama, peserta melakukan aktivitas berkebun di dalam ruangan: memotong bunga, menanam bunga, merangkai bunga, dan membentuk tanaman. Variasi denyut jantung peserta diukur lima menit sebelum dan setelah setiap aktivitas. Kelompok yang memotong bunga dan kelompok menanam menunjukkan perbaikan yang signifikan dalam denyut jantung.Percobaan kedua menggunakan empat aktivitas berkebun yang sama, namun yang dikumpulkan adalah air liur peserta untuk menganalisis tingkat hormon kortisol. Dibandingkan dengan pengukuran dasar, kelompok yang memotong bunga menunjukkan pengurangan densitas kortisol yang cukup lumayan dari hari pertama sampai hari ketujuh percobaan. Namun tidak ada perbedaan nyata pada hari keempat. Kelompok menanam menunjukkan perbedaan mencolok pada hari ketujuh dibandingkan dengan hari keempat. Sedangkan kelompok membentuk tanaman menunjukkan pengurangan yang kontinu sejak hari pertama.

Menariknya, peserta pada merangkai bunga menunjukkan naiknya tingkat stres (seperti yang diukur dari low frequency), dan menunjukkan tak banyak berkurangnya densitas kortisol. "Kami menyimpulkan bahwa aktivitas seperti memotong tangkai bunga dan mengaturnya dalam lokasi yang pas merupakan pekerjaan yang sulit bagi anak-anak cacat ini," kata Lee.

Kelompok membentuk tanaman menunjukkan penurunan densitas kortisol yang paling banyak dibandingkan kelompok lain. Lee melihat bahwa aktivitas membentuk tanaman ini dirasa sangat berarti sehingga membantu kemapanan emosional dan rehabilitasi vokasional bagi orang yang mengalami gangguan mental.Penelitian itu mendukung penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa aktivitas mengolah tanah saat berkebun berpengaruh terhadap sistem sara otonom dan melepaskan stres. Aktivitas menanam tak hanya bagus dalam mengubah sistem saraf otonom anak terbelakang mental, tapi juga mengurangi secara berangsur-angsur densitas kortisol.

Lee menyimpulkan bahwa kegiatan berkebun merupakan aktivitas yang dapat melepaskan stres dan juga bisa membantu kemapanan emosi anak yang terganggu mentalnya.