Masih Banyak Anak Sekolah Tidak Membawa Bekal

K. Tatik Wardayati

Penulis

Masih Banyak Anak Sekolah Tidak Membawa Bekal

Intisari-Online.com – Otak anak berkembang di masa usia 0 – 6 tahun. Itulah yang disebut sebagai masa golden age, masa usia emas. Masa-masa itulah yang harus menjadi perhatian semua orang. Demikian disampaikan oleh dr. H. Tb. Rachmat Sentika, Sp.A., MARS, dokter spesialis anak yang juga Staf Ahli Menko Kesra Bidang Pencapaian Pembangunan Milenium (MDGs).

Data dari MDGs menyebutkan, sebanyak 17,9 persen status gizi anak Indonesia adalah kurang, 4,9 persen mengalami gizi buruk, sementara 35 persen terjadinya kurang gizi kronis yang mengakibatkan kerdil (stunting). Prioritas yang harus dilakukan adalah perbaikan gizi tentunya.

Perbaikan gizi dipengaruhi oleh genetik (sekitar 7 persen), perilaku (42 persen) - dalam hal ini termasuk gaya hidup, lingkungan termasuk air bersih sebesar 28%, dan pengaruh lain sebanyak 13 persen dari kesehatan termasuk nutrisi yang berasal dari makanan.

Menjaga pola makan pada anak dapat dimulai dengan memberikannya bekal ke sekolah. Kenyataannya, baru 18 persen anak yang dibawakan bekal oleh orangtuanya. Sebanyak 60 persen membawa uang jajan sebesar Rp5.000 – Rp20.000 (data MDGs).

Padahal, jajanan yang dijual oleh para pedagang di luar pagar sekolah terkadang mengandung zat tambahan makanan seperti pengawet, pewarna, atau penambah rasa. Sementara, bila orangtua membawakan bekal paling tidak menunya harus bersih, sehat, dan bergizi dengan menu makanan yang seimbang.

Yang harus diperhatikan orangtua dalam membawakan bekal sekolah, makanan harus mengandung unsur berikut ini.

Dalam membawakan bekal sekolah sebaiknya tidak memakai tempat makan berbahan plastik yang mengandung zat kimia. Kalaupun harus memakai wadah plastik, pilihlah plastik yang aman untuk makanan. Jangan lupa untuk mengingatkan sang buah hati untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. (*)