Find Us On Social Media :

Ketika Ramalan Jadi Kenyataan (2): Hanya Mau Menyeleweng dengan Raja

By Birgitta Ajeng, Senin, 1 Desember 2014 | 20:00 WIB

Ketika Ramalan Jadi Kenyataan (2): Hanya Mau Menyeleweng dengan Raja

Intisari-Online.com - Di masa mudanya, Raja Louis XV (1 710 - 1774) dari Prancis sangat dicintai rakyatnya. Namun raja yang naik takhta pada usia lima tahun ini kemudian senang berfoya-foya. Kas negara kosong dipakai mengongkosi para selirnya yang berselera mahal. Berikut ini adalah kisah tentang salah satu dari dua orang selirnya yang paling terkenal, Madame de Pompadour.

---

Jeanne-Antoinette tumbuh menjadi gadis cantik. Kulitnya putih agak merah jambu. Rambutnya ikal pirang. Penampilannya selalu menarik perhatian orang. Wajahnya bujur telur tanpa cela, matanya jernih, bibirnya sering digigit sendiri perlahan-lahan agar rona warnanya lebih hidup, sedangkan tubuhnya yang semampai tapi padat berisi itu lemah gemulai. Kadang-kadang sikapnya tenang, kadang-kadang Iincah, kadang-kadang periang, kadang-kadang pendiam, tapi Jeanne-Antoinette selalu "hidup".

Kecerdasan dan seleranya yang baik tercermin dalam setiap pembicaraannya. Memang ia pantas mendampingi seorang raja. Meskipun demikian bukan Raja yang mendapat kesempatan pertama untuk menikmati keindahan yang ada pada gadis itu. Monsieur de Tournehem, "pelindung" Madame Poisson merasa sayang kalau kehilangan gadis cantik ini. Jadi ia menjodohkan Jeanne-Antoinette dengan kemenakannya C.G. Le Normant d'Etioles. Pernikahan dilakukan Maret 1741. Monsieur Tournehem memberi hadiah sebuah rumah besar di Paris dan sebuah puri dekat hutan Senart.

Suami Jeanne-Antoinette bukan hanya tidak tampan, tapi juga tidak menganggap serius ramalan Madame Lebon. Ia tergelak-gelak kalau istrinya yang muda dan jelita berkata sambil menarik napas panjang, "Saya tidak akan mengkhianati suami saya, kecuali barangkali kalau dengan Raja."

Jeanne-Antoinette percaya pada ramalan kartu. Sudah sejak bertahun-tahun ia jatuh cinta pada Louis XV, seperti banyak wanita lain. Louis XV pada masa itu digelari Louis le Bien-Aime, Louis yang Banyak Dicintai Orang. Maklumlah buyut Louis XIV yang menggantikan kakek buyutnya naik takhta pada umur lima tahun ini keren, cerdas, sayang anak dan gagah perkasa di medan perang, walaupun (sayangnya) pemalu dan kurang percaya diri sebagai kepala negara. Waktu itu ia belum terlalu dirusakkan oleh kenikmatan duniawi dan belum terjerumus sampai mengabaikan kesejahteraan rakyatnya.

Suatu hari Raja akan berburu di hutan Senart. Di sebuah lapangan yang menjadi tempat persilangan jalan, telah menunggu penghuni puri sekitar tempat itu yang diharuskan ikut berburu menemani Raja. Tampaklah di baris pertama Madame Le Normant d'Etioles, berpakaian serba merah jambu, memegang kendali seekor kuda gesit yang diberi hiasan biru lazuardi.

Tiba-tiba datang kereta Raja yang dihela 8 ekor kuda, dikelilingi para pengawal, didahului tentara dan diikuti para pengiring berkuda. Para pelayan dan ajudan berjalan di kedua sisi kendaraan. Di belakang sekali menyusul iringiringan kereta. Segera saja tempat itu penuh warna-warni: merah jambu, biru dan emas.

Raja turun dari kendaraannya untuk naik ke kuda yang disediakan baginya. Pandangannya menyapu ke sekelilingnya dan beberapa saat matanya berhenti pada wanita serba merah jambu. Ini bukan pertama kalinya ia melihat wanita itu. Setiap kali Raja berburu di hutan Senart ia pasti ada di sana.

Madame d'Etioles memang berusaha selalu berada di depan, agar tampak oleh Raja, la juga tidak menundukkan kepalanya kalau Raja melemparkan pandang ke arahnya.

Sorenya Raja kembali keraton dengan kereta yang membawanya ke Choisy, ditemani kekasihnya yang ketiga, Madame de Chateauroux. la menggantikan kakak-kakaknya, Madame de Mailly dan Madame de Vintimille.

Seorang nyonya yang duduk di depan Madame de Chateauroux asyik berceloteh tentang nyonya d'Etioles yang cantik, yang bergaul di kalangan para penulis, filsuf dan dokter. Apakah Raja tahu bahwa wanita dari Paris itu mencintainya? la konon menolak menyeleweng, walaupun suaminya agak tolol, karena menyiapkan diri untuk Raja! Louis mendengarkan saja, merasa bangga dan tersenyum.

"Tadi rasanya ia lebih cantik daripada biasanya," tambah wanita itu lagi. la tidak melanjutkan kecerewetannya, malah tiba-tiba menjerit kesakitan. Rupanya Madame de Chateauroux telah menginjak jari kakinya sekuat tenaga!

Suatu hari kabar buruk tiba ke Puri d'Etioles. Raja sakit parah di Metz. Wanita berpakaian merah jambu sangat risau. Seluruh negara berdoa untuk kesembuhan Raja. Louis pun mengira ajalnya sudah tiba. la meminta dipanggilkan pastor karena ingin mengakui dosa-dosanya. la juga menyuruh Madame de Chateauroux pulang ke Versailles. Tetapi seminggu kemudian ia sembuh. Yang meninggal malah Madame de Chateauroux, lima hari sesudah pulang ke Versailles.

Kini posisinya kosong. Raja tampaknya seperti tidak terhiburkan. Untuk menghibur, pelayan kamarnya, Binet, yang tidak lain dari sepupu jauh Madame d'Etioles, melontarkan nama Madame Le Normant d'Etioles. Oh, ya! Wanita serba merah jambu itu! Wanita dari hutan Senart! Yang jatuh cinta pada Raja dan tidak mau menyeleweng kecuali dengan Raja!

"la hanya memiliki satu ambisi, Paduka Yang Mulia. Menyenangkan orang yang menyukainya."

Kesedihan Le Bien-Aime serta-merta tinggal kenangan. Tapi bukankah wanita itu cuma dari kalangan biasa? Tapi mengapa tidak? Orang biasa lebih mudah ditinggalkan daripada wanita yang sering muncul di keraton, yang setiap hari matanya berkaca-kaca dan wajahnya minta dikasihani.

Beberapa hari kemudian Raja menikahkan putranya dengan putri Spanyol. Tanggal 27 Februari malam tahun 1745, orang-orang terkemuka di Paris pergi menghadiri malam dansa berkedok di Versailles, termasuk Madame d'Etioles.

Raja bertanya kepada Madame d'Etioles apakah ia akan hadir dalam pesta dansa besok malam di L'Hotel de Ville? Jeanne-Antoinette tidak menjawab. la tersenyum saja sambil berlalu meninggalkan Raja seraya menjatuhkan saputangannya. Selembar sapu tangan berenda. Raja memungutnya dan melemparkannya balik kepada yang empunya.

-Tulisan ini dimuat di Kumpulan Kisah Misteri 3 Majalah Intisari tahun 2004 dengan judul asli Ketika Ramalan Jadi Kenyataan-

-bersambung-