Penulis
Intisari-Online.com – Lebih dari setengah abad koleksi lukisan sang Fuhrer disembunyikan. Kini, selewat 50 tahun, Kota Weimar memamerkannya untuk pertama kali. Ternyata lukisan dengan tema suasana pedusunan dan gadis-gadis erotis mewarnai koleksi sang diktator.
Melihat lukisan yang dipamerkan, kita seolah-olah diajak kembali ke masa lalu, ketika Jerman dalam masa perubahan. Cocok juga, pameran tersebut diadakan di Weimar, yang merupakan detak jantung pendidikan orang Jerman abad XIX.
Menurut catatan, selama berkuasa Hitler menghujani rakyat Jerman dengan ingar-bingarnya kemodernan, yang tertuang dalam pelbagai bentuk, dari film propaganda sampai senjata perang.
Namun dalam hal lukisan, pemimpin yang satu ini malah memilih tema-tema bernuansa petani, alam, dan manusia. Tema-tema yang tenang.
Tiruan dan tak bermutu
Setelah tersimpan di salah satu gudang Kantor Pusat Bea Cukai Munchen selama lebih dari setengah abad, untuk pertama kalinya 118 dari 705 lukisan Hitler yang ditemukan pasukan Sekutu pada tahun 1945 di Bergstollen dekat Altaussee, Austria, itu dipamerkan.
Baca juga: Berakhirnya Dinasti Krupp Produsen Senjata Kaiser Wilhelm I, II, dan Hitler
Pamerannya berlangsung dari tanggal 8 Mei - 9 November 1999 di bekas balai pertemuan Nazi di Weimar.
Pameran lukisan itu sendiri sempat mengundang pro dan kontra. Apakah pantas seni Nazi tersebut dipamerkan? Yang pasti, karya-karya seni pilihan sang diktator itu dapat dilihat sebagai gambaran propaganda Jerman sebelum porak-poranda tahun 1945.
Menurut pengamat seni dari Republik Cek yang kini tinggal di Prancis, Milan Kundera, lukisan koleksi Hitler itu tak lebih dari koleksi tiruan yang tidak bermutu.
Weimar, yang kini boleh disebut sebagai salah satu pusat budaya Eropa, sejauh ini telah menjadi tempat penyegaran jiwa bagi para penikmat seni. Seharusnya, lukisan- lukisan favorit Hitler yang telah dilupakan itu, tidak mungkin diacuhkan.
Mereka pasti menyukai nostalgia yang disajikannya. Sayang, apa yang terlihat pada lukisan-lukisan karya Johann Friedrich Overbeck, Phillipp Otto Runge, Heinrich Fussli, Max Klinger, Karl Blechen, dan Ferdinand Hodle tak lebih dari tiruan lukisan-lukisan karya Wilhelm Leibl dan Hans Thomas!
Baca juga: Fuhrer Bunker, Tempat Hitler dan Eva Braun Menikah Lalu Bunuh Diri
Lukisan-lukisan pesanan diktator kelahiran 20 April 1899 itu tampaknya mengikuti bentuk dan nuansa ritual lukisan kuno. Gayanya gaya lama. Itu semua terlihat dari penggambaran genetika manusia yang dilukis.
Bajunya tidak kotor
Kebohongan dalam gambar-gambar yang dikoleksi Hitler terletak pada “kegembiraan” menyandang beban. Tidak ada bercak kotoran di baju petani, penebang kayu, penggembala, buruh, pelayan, penebar benih, dan gadis-gadis desa.
Dengan tempayan anggur dan akordeon, gadis-gadis desa pulang dari ladang. Sama sekali tak ada gambar yang memberikan informasi tentang kepahitan di masa lampau.
Lukisan-lukisan tersebut dipaksakan bercita rasa "seni", dan "aria". Ada makna politik di baliknya; tersamar, yang menyembunyikan kekuasaan rezim Nazi. Orang menduga ini adalah strategi Hitler.
Soalnya, selera para pelukis yang ikut pameran di Munchen dari tahun 1937 sampai 1944 itu biasa-biasa saja. Mereka melukis semua itu sekadar memenuhi pesanan demi kebutuhan hidup sehari-hari.
Baca juga: Eva Braun: Meski Membunuh Banyak Jiwa tapi Hitler Sangat Mencintai Anak-anak
Usia para pelukis juga sebaya Hitler. Karya-karya mereka dapat dikenali dibuat di Wina dan Munchen. Kentara dari formatnya yang besar-besar.
Namun Achim Preiss, kurator lukisan koleksi Hitler, punya pandangan lain. Ia tertarik pada kontradiksi antara tradisi kerakyatan dan nuansa pop yang muncul.
"Lukisan-lukisan itu seperti memperlihatkan kontradiksi terhadap kesempumaan lukisan antik dari zaman pertengahan Jerman yang meniru gaya Renaissance, seperti karya seniman-seniman Jerman dan Belanda dari Durer sampai Rembrandt."
Sementara Ivo Saliger dari salah sebuah majalah Prancis berkomentar ringkas, lukisan tiga gadis tanpa busana di sebuah wilayah Jerman tampak berwajah sama, lalu menambahkan dengan sarkastik, "Membuat orang sulit memilih".
Gambar erotis yang disajikan memang tidak memperlihatkan suasana bercinta yang alamiah. Semua tokoh dalam lukisan itu, meski tanpa busana, tetap menunjukkan ekspresi serba sopan.
Tapi di balik itu semua ternyata ada ajakan untuk menciptakan janin dengan gerak cepat, seperti ditampilkan lukisan keluarga petani beranak sepuluh yang berkumpul di ruang makan. Semuanya begitu saja dituangkan seperti secara kebetulan.
Lukisan mereka memang asli, tetapi idenya diambil dari lukisan kuno. Maka jangan heran jika ada lukisan "Venus petani" atau "Musim gugur tahun 1917" karya Sepp Hilz yang meniru Wilhelm Leibls.
Lalu orang Jerman jadi teringat kata-kata penyair Herman Broch dari abad pertengahan, "Setiap zaman kemerosotan selalu melahirkan zaman peniruan .... Seseorang yang menciptakan tiruan, menunjukkan ketidakmampuannya. la berada di bawah standar estetika. la bahkan bisa dikatakan penjahat terhadap estetika, karena menginginkan terjadinya kejahatan secara radikal!"
Mengamati kegemaran Hitler menyuruh para pelukis melakukan peniruan dan sepak terjangnya selama berkuasa, argumen Broch mau tak mau membuat orang terusik untuk melihat relevansinya. (Paul Kaiser/Als)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Agustus 1999)
Baca juga: Ramalan Nostradamus: Napoleon, Hitler, dan Tokoh di Timur Tengah dalam Perang Dunia