Find Us On Social Media :

Dibanding Pancasila, Declaration Of Independence Bahkan Communist Manifesto Tak Ada Apa-apanya, Ini Buktinya

By Ade Sulaeman, Jumat, 1 Juni 2018 | 11:45 WIB

Declaration of Independence menuntut “life, liberty, and the pursuit of happiness”, yaitu “hak hidup, hak kebebasan, dan hak mengejar kebahagiaan bagi semua manusia”. Padahal pursuit of happiness (pengejaran kebahagiaan) belum berarti reality of happiness (kenyataan kebahagiaan).

Baca juga: Dari Pembantaian Sipil Hingga Tragedi Perang Vietnam, Inilah Foto-foto Paling Mendebarkan Sepanjang 1968

Dan Manifesto Komunis menulis bahwa jikalau kaum proletar di seluruh dunia bersatu padu dan menghancurkan kapitalisme, mereka takkan kehilangan barang lain daripada rantai belenggunya sendiri dan sebaliknya akan memperoleh satu dunia yang baru.

Kita bangsa Indonesia melihat bahwa Declaration of Independence itu tidak mengandung keadilan sosial atau sosialisme  dan kita melihat bahwa Manifesto Komunis itu masih harus di sublimir (dipertinggi jiwanya) dengan Ke-Tuhanan yang Maha Esa.

Hampir dua ratus tahun yang, Declaration of Independence itu dicetuskan oleh penanya Thomas Jefferson.

Hampir seratus tahun yang lalu, Manifesto Komunis dicetuskan oleh genialiteitnya Karl Marx dan Friedrich Engels. Kedua-duanya adalah amat berharga bagi pembebasan nasional di zaman itu atau pembebasan progresif bagi zamannya masing-masing.

Kedua-duanya adalah amat berharga bagi pembebasan  nasional di zaman itu atau pembebasan proletar di zaman itu.

Tetapi kita sekarang sudah berada di bagian kedua dari abad ke-20. Dengan Declaration of Independence saja dan Manifesto Komunis saja, maka kenyataannya sekarang ialah, bahwa dunia manusia sekarang terpecah belah menjadi dua blok yang intai-mengintai satu sama lain.

“Lir angkasa kang hangemu dahana” sebagai juga digambarkan oleh Bertrand Russel tempo hari.

Karena itulah maka kita bangsa Indonesia merasa bangga mempunyai Pancasila dan menganjurkan Pancasila itu kepada semua bangsa.

Pancasila adalah satu dasar yang universal, satu dasar yang dapat dipakai semua bangsa, satu dasar yang menjamin kesejahteraan dunia, perdamaian dunia, persaudaraan dunia. Pancasila tidak salah lagi, adalah satu hogere optekking daripada Declaration of Independence dan Manifesto Komunis.

Dan Manifesto Politik Republik Indonesia dan USDEK adalah refleksi daripada Pancasila itu, sehingga benarlah konklusi Dewan Pertimbangan Agung, bahwa Revolusi Indonesia bukanlah revolusi borjuis model tahun 1789 di Prancis dan bukan pula revolusi proletar model tahun 1917 di Rusia.

Revolusi Indonesia adalah satu Revolusi yang dasar dan tujuannya “konggruen dengan Social Consejence of Man”, konggruen dengan Budi Nurani Manusia.

(Dari Resapkan dan Amalkan Pancasila, kumpulan buah pikiran Dr. H. Roeslan Abdulgani, diterbitkan oleh Yayasan Prapanca Jakarta, seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juni 1964)

Baca juga: Turki 'Ngotot' Ingin Serang Israel, Militer AS pun Pontang-Panting Mencegahnya