Penulis
Intisari-Online.com - Anak sebaiknya memilih waktu tidurnya sendiri, yang belum tentu sama dengan pilihan atau jam tidur orang dewasa, ungkap sebuah penelitian baru. Studi di University of Colorado ini diterbitkan di jurnal Mind, Brain and Education. Para peneliti di Amerika Serikat menemukan bahwa alasan utama balita tak bisa tidur saat tengah malam atau terbangun saat dini hari, adalah karena mereka tidur terlalu cepat sementara jam natural tubuhnya belum siap untuk tidur. Penelitian ini juga membuktikan bagaimana jam tidur yang terlalu dini untuk anak justru membuat orangtua terjaga di malam hari. Pasalnya, anak terbangun dari tidurnya selama beberapa jam lamanya, dan mulai muncul tantrum. Para peneliti mengungkapkan, tidur nyenyak pada balita tergantung kapan dan bagaimana meningkatnya level hormon melatonin di tubuhnya. Hormon ini biasanya meningkat selama malam hari untuk mengatur jam biologis tubuh. Banyak faktor yang memengaruhi peningkatan hormon ini. Di antaranya pencahayaan di kamar tidur hingga kondisi psikologis balita. Bagaimana hormon ini mengalami peningkatan di tubuh balita, juga tidak bisa disamakan antara balita satu dengan lainnya. Karenanya, penting untuk mengenali kondisi tubuh balita apakah ia sudah siap tidur atau belum. Menentukan waktu tidur yang tepat untuk mencegah anak terjaga di malam hari menjadi penting. Pasalnya, anak yang sering terbangun dan terjaga di malam hari memicu masalah emosi dan perilaku di masa mendatang. Penelitian ini melibatkan 14 balita usia 30-36 bulan, yang diteliti selama lebih dari enam malam. Peneliti mengukur level melatonin para balita ini dengan interval bervariasi selama waktu tidurnya. Peneliti juga menghitung berapa lama para balita ini tidur dan bagaimana perilaku mereka. Rata-rata, level melatonin naik pada jam 19:40. Jika para orangtua menunggu setengah jam saja untuk menidurkan anak-anak mereka, para balita ini umumnya tertidur dalam waktu 30 menit. Namun, jika anak-anak langsung ditidurkan persis saat level melatonin naik, balita butuh waktu lebih lama untuk tidur, dan biasanya tak lama akan bangun dan mulai berperilaku buruk. Ketua tim peneliti, Monique LeBourgeois, seperti dilansir Daily Mail, mengatakan, "Tidur di jam biologis yang salah akan memicu masalah tidur seperti insomnia, saat dewasa." Jadi, bukan hanya orang dewasa yang punya pilihan untuk menentukan jam tidurnya. Anak-anak pun punya pilihan atas waktu tidurnya. Selain menentukan waktu tidur tepat menyesuaikan peningkatan level melatonin, biasanya semakin lelah anak, ia juga akan lebih mudah tertidur. LeBourgeois menambahkan, "Jika anak menolak tidur atau mengalami kesulitan untuk tidur, fisiknya cenderung belum siap untuk tidur pada waktu itu. Pada anak-anak seperti ini, berbaring di kasur namun tetap terjaga selama beberapa lama justru memicu hubungan antara tidur dengan stimulan, tapi ia tidak tidur. Hal ini bisa meningkatkan risiko insomnia pada anak dalam jangka panjang." (Wardah Fajri – kompas.com)