Find Us On Social Media :

Menguak Skandal Istri Presiden (1)

By Birgitta Ajeng, Minggu, 21 Desember 2014 | 14:00 WIB

Menguak Skandal Istri Presiden (1)

Intisari-Online.com - Barangkali tak ada ibu negara mana pun yang menuliskan "ikut suami" pada kolom pekerjaan di kartu identitasnya. Namun bukan berarti di balik nama besar para suami mereka tidak punya peran sama sekali. Peter Hay dalam bukunya All the Presidents' Ladies membeberkan sebagian perilaku para istri presiden AS yang mendukung tugas suaminya di samping ulah beberapa istri yang ternyata malah merecoki. Inilah kisah yang menguak skandal istri presiden.

---

Di zaman pemerintahan Ronald Reagan, orang sudah maklum, kalau ingin mempengaruhi presiden, mesti lewat istrinya. Nancy Reagan memang figur wanita kuat, bahkan sering dipandang terlalu dominan terhadap suami. Tapi kalau melihat ibunya, orang tak akan heran dari mana sifat itu didapat.

Ketika anak perempuannya lahir, Edith Luckett, aktris yang tak sempat terkenal, sudah keki betul terhadap suaminya, Kenneth Robbins. Jabang bayi yang oleh ayahnya sudah dinamai Anne Frances Robbins, langsung diberi nama lain: Nancy. Bayi Nancy seperti ogah-ogahan lahir. Dokter sampai harus menggunakan tang untuk menariknya ke luar.

Edith cukup terkejut ketika melihat mata kanan anaknya tidak terbuka. la lebih kaget lagi ketika dokter mengatakan ada kemungkinan mata itu buta. Kontan saja ia mengatakan, "Kalau mata anak saya tidak terbuka, I'll kill you." Maklum saja, sebelumnya Edith mendengar dokter sedang buru-buru akan main golf.

Tentu saja belakangan tidak ada "pembunuhan" karena mata si jabang bayi sama besarnya dengan mata sang ibu.

Nancy cilik ingin mengadopsi

Nancy harus puas hidup seadanya dengan ibu yang hidup sendirian. Kadang-kadang ia dititipkan pada bibinya. Nancy jauh dari kehidupan keluarga yang normal, apalagi untuk zaman itu. Maka ketika Edith menikah lagi dengan Dr. Loyal Davis, Nancy senang betul. Inilah kesempatan untuk hidup dengan orang tua lengkap. Belum terlalu terlambat, karena ia baru berusia 8 tahun. Apalagi ayah tirinya seorang dokter bedah saraf yang brilian. Untung bagi Nancy, ia dan Dr. Loyal (begitu Nancy memanggilnya) cukup cocok. Malah amat cocok.

Suatu sore Nancy kecil berkunjung ke rumah tetangganya, pensiunan hakim.

"Bapak Hakim, saya datang untuk urusan serius," katanya.

"Apa, Nancy?"

"Bagaimana caranya mengadopsi Dr. Davis?"