Find Us On Social Media :

Misteri Thoughtography: Bagaimana Caranya Memotret Pikiran

By K. Tatik Wardayati, Kamis, 5 Maret 2015 | 19:30 WIB

Misteri Thoughtography: Bagaimana Caranya Memotret Pikiran

Intisari-Online.com – Ted Serios, cenayang berkebangsaan Amerika mengaku mampu memotret pikiran melalui karya thoughtography. Mungkinkah itu? Bagaimana pula caranya memotret pikiran?

--

Memotret pikiran. Terdengarnya absurd. Namun, itulah yang dilakukan Ted Serios, cenayang berkebangsaan Amerika. Tak pelak karya-karya thoughtography-nya yang tampil dalam lembaran film mengundang kontroversi. Yang lebih kontroversial lagi, kecuali mampu memotret benda yang masih ada, ia pun bisa "memotret" benda-benda dari masa lalu.

Berita tentang kemampuannya itu menarik perhatian banyak peneliti; di antaranya Dr. Jule Eisenbud, lektor kepala jurusan psikiatri di University of Colorado Medical School. Tahun 1964, saat terbang menuju Chicago untuk sesi pertama penelitian itu, Eisenbud hampir merasa pasti akan menyaksikan akal-akalan seorang tukang sulap. Pendapat itu wajar karena selama ini banyak orang yang mengaku sebagai ahli thoughtograph,namun selalu ketangkap basah telah berbuat curang. Biasanya mereka mengotak-atik film dan kamera Polaroid yang dipakai.

Untuk mengatasi siasat itu, Eisenbud menyediakan sendiri kamera dan filmnya. Bahkan Eisenbud sendiri yang menjepretkan kamera dengan lensa menghadap langsung ke wajah paranormal itu.

Kekuatan psikokinesis

Di kamar sebuah hotel Ted Serios duduk, mengarahkan kamera polaroid tepat ke wajahnya. Beberapa detik kemudian lampu kilat berpendar menyambar wajahnya. Dr. Jule Eisenbud segera mengambil hasilnya. Ternyata, yang tampil di kertas foto bukan wajah Serios, namun bayang-bayang gedung. Foto itu oleh Serios, bellboy di Chicago itu disebut sebagai hasil kemampuannya melakukan fotografi pikiran atau thoughtograph.

Foto thoughtograph karyanya tidak selalu menampilkan gambar benda yang ia pikirkan. Ada foto yang melulu menampilkan warna putih, sebaliknya tak jarang yang seluruhnya hitam. Padahal kedua hasil pemotretan itu dilakukan di tempat yang sama, dengan penerangan dan aspek lain yang tidak berbeda. Selain itu, ada kalanya gambar yang muncul memenuhi seluruh lembar kertas, meski ada pula yang hanya menempati sebagian kecil ruang kertas, sementara sisanya dipenuhi oleh rekaman gambar Serios dan benda-benda dalam ruangan tempat berlangsungnya penelitian.

Di sesi-sesi awal, Serios hanya perlu menata kamera untuk berkonsentrasi. Namun, pada sesi berikutnya, Serios memegang sebuah alat yang diacungkannya di depan lensa sambil berkonsentrasi. Kadang alat yang disebutnya gismo itu berupa tabung kecil berdiameter 2,5 cm dari plastik hitam dengan satu ujung yang ditutup dengan selembar plastik selofan - biasanya untuk membungkus makanan di pasar swalayan. Sedangkan ujung lainnya dengan film hitam yang kemudian dilapisi selofan. Namun, kali lain ia cuma memakai gulungan secarik kertas.

"Selain membantu berkonsentrasi untuk memfokuskan kekuatan mental, gismo mencegah jari-jari saya menyentuh lensa dan mengaburkan gambar," aku Serios.

Eisenbud terkesan dengan demonstrasi kekuatan paranormal yang ditunjukkan Ted Serios. Melalui pengamatan selama bertahun-tahun Eisenbud melaporkan, Ted menggunakan kekuatan psikokinesis. Hasil penelitiannya diterbitkan dalam buku yang berjudul The World of Ted Serios.

Untuk membuktikan kebenaran kemampuannya, Serios sampai menantang beberapa peneliti untuk datang sambil membawa gambar sasaran yang disembunyikan dalam amplop. Dengan kekuatan paranormal Serios yakin mampu mereproduksi gambar yang dimaksud dalam film Polaroid.