Find Us On Social Media :

Misteri Bercakap-cakap dengan Tanaman

By K. Tatik Wardayati, Senin, 16 Maret 2015 | 12:00 WIB

Misteri Bercakap-cakap dengan Tanaman

Intisari-Online.com – Pernyataan itu bagi Anda mungkin aneh. Bagaimana kita bisa bercakap-cakap dengan tanaman dan bagaimana pula tanaman dapat memahami bahasa kita?

--

Jawaban Anda pasti cenderung menyatakan tidak mungkin. Namun, dalam banyak kasus realitas sering berbeda dengan apa yang sampai pada kita. Ukuran matahari dan bulan berbeda jika kita lihat dengan mata telanjang. Ketika naik kereta api, kita melihat pohon, rumah, dan objek-objek lain berlarian ke belakang. Kita memberi mereka kemampuan bergerak, meskipun sebenarnya benda-benda itu tetap diam dalam posisinya. Yang bergerak tentulah kereta api yang kita tumpangi.

Sekelompok ahli botani percaya, tanaman dapat melakukan aktivitas sadar. Tanaman dapat merasakan, berpikir, dan mengarahkan aktivitasnya. Jadi, Anda dapat bercakap-cakap dengan tanaman dan percaya bahwa tanaman dapat merespons ucapan Anda.

Tradisi India penuh dengan contoh di mana pohon dan tanaman dipuja oleh manusia. Mari kita ambil kasus pohon beringin dan tanaman selasih suci (holy basil). Ada hari khusus pada bulan Juni ketika wanita yang sudah menikah memuja pohon beringin dan memanjatkan doa agar suami mereka diberi umur panjang. Para wanita itu berdandan lalu mendatangi pohon beringin untuk berdoa dengan ucapan seperti ini, "Pohon beringin yang terhormat, lindungilah suami saya dari segala mara bahaya dan berilah dia umur panjang dalam suasana bahagia dan sejahtera."

Kalau masih ada, wanita itu juga dapat mengungkapkan permohonan lainnya. Mereka percaya, pohon beringin itu mendengarkan dan menanggapi permintaan mereka. Begitu juga dengan tanaman selasih suci. Tanaman ini dipuja setiap hari dan para pemujanya memohon lewat ungkapan doa agar keluarga mereka dilindungi ketika menghadapi kesulitan. Doa itu ditujukan pada tanaman dan tanaman itu merespons doa itu. Contoh-contoh itu sekadar ingin menunjukkan bahwa pohon ataupun tanaman itu sensitif serta sadar terhadap ucapan manusia, dan mereka pun menanggapinya. Tanaman bahkan juga bereaksi terhadap emosi kita.

Kini kita merujuk pada penyelidikan ilmiah untuk membuktikan tanaman memiliki perasaan dan sangat sensitif terhadap suara dan getaran. Luther Burbank dari Santa Rosa, California, AS, yang sangat terkenal dengan kebun bibitnya, melakukan eksperimen bertahun-tahun untuk mengembangkan varietas kaktus tanpa duri. la bicara pada tanaman-tanamannya dengan penuh kasih sayang seperti ini, "Kamu tidak perlu takut pada apa pun. Juga tidak memerlukan duri untuk mempertahankan diri. Akulah yang akan melindungimu."

Dan tanaman-tanaman itu menanggapi kata-kata Burbank. Mereka memahami ucapan Burbank yang ingin menjaga kehidupan mereka dengan penuh hormat dan kasih sayang. Dalam bahasa Manly P. Hall, ketua Masyarakat Penelitian Filosofis dari Los Angeles, AS, "Cinta Burbank memberikan semacam pupuk yang sangat halus, yang membuat segala sesuatu tumbuh lebih baik dan buahnya berlimpah." Burbank juga mengajukan teori bahwa tanaman memiliki lebih dari 20 buah sensory perceptions.

Sir Jagdish Chandra Bose, ilmuwan terkemuka di India dan guru besar fisika pada Presidency College, Kalkutta, juga melakukan eksperimen pada "20 sensory perceptions pada tanaman" di tahun 1900-an. la menemukan, tanaman tidak memiliki sistem saraf, tapi bernapas dan mencerna makanannya. Anehnya, tanaman dapat bergerak tanpa otot.

Jadi, respons yang diberikan oleh tanaman mirip respons oleh binatang. Ada kemiripan antara kulit binatang reptil (melata) dan amfibi dengan kulit tanaman buah dan sayuran. Tanaman juga dapat merasa lelah karena rangsangan terusmenerus seperti halnya binatang. Juga ada kesamaan antara daun tanaman dan mata binatang dalam merespons sinar. Dengan obat bius tanaman juga bisa dibikin "pingsan" seperti halnya binatang.

Temuan-temuan tentang sifat 20 sensory perceptions oleh Luther Burbank dan Jagdish Chandra Bose sangat mirip. Penelitian mereka terbukti menepis keraguan bahwa tanaman dapat merespons berbagai rangsangan dalam cara seperti yang dilakukan binatang.

Sekarang kita tengok penelitian yang dikerjakan oleh wanita ilmuwan, Dorothy Retallack, untuk mengetahui respons yang diberikan tanaman terhadap musik. la melakukan penelitian itu pada tahun 1968 di Denver, Colorado, AS. Retallack mengambil kelompok campuran tanaman yang terdiri atas filodendron, jagung, lobak, pelargonium, dan bunga violet afrika. Nada-nada musik dimainkan dengan piano selama 12 jam sehari. Setelah tiga minggu, terlihat semua tanaman menjauh dari sumber suara dan mati kecuali violet afrika. Tanaman-tanaman dalam kelompok kontrol dan tidak terpapar suara musik tumbuh secara normal.