Mendengarkan Suara Dari Dalam Laut

Agus Surono

Penulis

Mendengarkan Suara Dari Dalam Laut

Intisari-Online.com – Ingin mendengar suara-suara dari dalam laut tapi takut menyelam? Atau malas ke pantai? Kini keinginan tadi dengan mudah kita wujudkan. Ya, sebuah proyek “menaruh telinga” di dasar laut. Kita tinggal duduk manis di depan komputer dan mendengarkan ‘nyanyian’ ikan paus misalnya.

“Kabelnya ditanam di bawah sini,” kata Benoit Pirenne, berdiri di tepi Pulau Vancouver Kanada. Panjangnya tak tanggung-tanggung, 800 km membentuk sebuah lingkaran. Kabel tadi tersambung dengan jaringan peralatan saintis di dasar laut Pasifik, sedalam sekitar 2,5 km.

Dipasang oleh Pirenne dan koleganya di Universitas Victoria, dan diberi nama Neptunus Kanada, mereka secara terus-menerus memantau lingkungan lautan. Para ilmuwan sedang mengumpulkan sejumlah besar informasi, termasuk membaca tekanan air yang membantu mereka untuk lebih mengerti pergerakan tsunami melewati lautan. Mereka berharap akan dapat memperbarui sistem peringatan dini yang lebih akurat.

Akan tetapi mereka juga mendengar suara-suara lain.

Mikrofon yang sensitif tekanan menangkap suara secara langsung semua hal dari paus dan pelayaran untuk aktivitas seismik dan pergerakan lempeng tektonik. Nah, suara-suara ini dibagi dengan para ilmuwan di seluruh dunia.

Sekarang semua orang bisa mendengarnya juga. Tentu sepanjang ia tersambung ke Internet.

Telinga lautan

“Ini seperti telinga besar yang ditempatkan di dasar lautan,” kata Michel Andre, pakar bioakustik di Technical University of Catalonia di Barcelona, setelah ia mendengar suara dari laut itu secara langsung dari Vancouver.

Minat Andre adalah penelitian suara di lautan, baik suara alam atau buatan manusia dan bagaimana suara-suara itu berpengaruh terhadap kehidupan di laut termasuk paus dan lumba-lumba.

“Suara bergerak lima kali lebih cepat melalui air dibandingkan dengan udara, dan di lautan bisa mencapai jarak ribuan mil,” kata Andre. Untuk membantu orang awam mengapresiasi bagaimana suara-suara dari dalam air itu terbentuk, ia meluncurkan situs yang diberi nama listentothedeep.com yang menyiarkan secara langsung dari Vancouver dan 14 lokasi lain di seluruh dunia.

“Di situs itu Anda bisa mendengar suara dari sebuah kapal,” kata Andre setelah dia mengeklik pada sebuah titik hijau di Laut Mediterania. Kapal itu ada di permukaan, tetapi suara mesin yang monoton mendominasi ruang suara lebih dari satu mil ke bawah. Peranti lunak yang dikembangkan timnya Andre dapat mengidentifikasi rentang suara-suara yang berbeda.

“Batang-batang yang berwarna ini mewakili suara ikan paus sperma,” katanya. “Dan jika Anda klik di sini, di perpustakaan suara, ada suara gempa di Jepang beberapa waktu silam.”

Grafik audio berwarna oranye terang menunjukkan pola suara gempa bumi yang datang dari pengamatan Kushiro dan Hatsushima lepas pantai Jepang pada Maret tahun silam. Di situs Andre, suara dipercepat untuk membuatnya bisa didengar telinga manusia. Suara gemuruh bertumbuh dan mengerikan bagi semua orang diikuti tsunami yang menghancurkan daratan Jepang.

Namun, upaya ilmuwan itu memperoleh tentangan dari AL AS. Mereka mengklaim bahwa suara-suara bawah laut milik mereka.Selama Perang Dingin, Angkatan Laut AS memasang jaringan mikrofon bawah laut di beberapa bagian dunia untuk melacak kapal selam Uni Soviet. Menurut pihak AL AS, mendengarkan semua suara dari bawah bisa mengancam keamanan nasional. Soalnya, di tangan orang yang salah informasi itu bisa digunakan untuk melacak posisi dan jenis kapal AL AS.

Pihak AL AS menyarankan untuk menyensor suara-suara dari kapal mereka. Suara dari bawah laut itu akan disensor sebelum ditayangkan di situs. Toh ilmuwan masih menentangnya. Pakar akustik kelautan dari Cornell University, Christopher Clark, termasuk salah satunya. Saat ini suara-suara itu sudah bukan milik AL AS lagi. "Merekaharus mau menerima bahwa teknologi militer sekarang ada di tangan orang sipil."

Lepas dari persoalan keamanan nasional, jumlah stasiun pengamatan di situs Michel Andre terus berkembang. Saat ini situs itu hanya memperdengarkan suara dari jaringan di belahan bumi utara. Segera akan bertambah lagi 11 buah stasiun, menyambungkan mikrofon di Pasifik Selatan, Atlantik Selatan, dan Lautan Hindia Selatan.

Hal itu akan membuka balutan laut dalam yang lebih besar lagi ke telinga kita.