Salah Kaprah Soal Chef: Meski Pintar Memasak Belum Tentu Seseorang Disebut "Chef"

Ade Sulaeman

Penulis

Salah Kaprah Soal Chef

Intisari-Online.com - Hampir semua stasiun televisi memuat acara masak-memasak yang biasanya dipandu oleh seorang juru masak.

Nah, mereka biasanya diberi gelar “chef”. Ternyata, penggunaan gelar tersebut dirasa masih kurang tepat. Apalagi bila “chef” tersebut tidak memiliki pengalaman di dunia gastronomi.

Memang, pada dasarnya, untuk memperoleh gelar chef, seseorang tidak memerlukan pendidikan khusus. Hal ini diungkapkan William Wongso, salah satu pakar kuliner Indonesia.

Bahkan, menurutnya, Culinary School of America (Ciachef), salah satu sekolah kuliner terbesar di Amerika Serikat, memiliki slogan: “pelajaran pertama akan Anda dapat pertama kali setelah lulus dari Ciachef.”

(Baca juga:Sadis! Bukannya Bawa Tas Belanjaan, Pria Ini Masuk Toko Sambil Menenteng Kepala Ibunya yang Ia Penggal)

Para lulusan sekolah kuliner ini harus menempa diri dengan masuk ke berbagai restoran dan merintis karir di sana. Bisa di tempat yang sama dengan berbagai jenjang karier ataupun mencari pengalaman di berbagai tempat.

Pengalaman dan pelajaran tersebut selanjutnya harus dibuktikan dengan mendirikan sebuah restoran. Tidak sekadar restoran yang mampu menarik pengunjung untuk makan di sana, tapi juga mampu membuat pengunjung ingin datang karena keberadaan sang chef. Dengan kata lain karena kebesaran namanya.

Apabila hal tersebut terjadi, maka dapat dikatakan kemampuan chef tersebut sudah setara dengan seorang komposer musik. Karena, menurut William, seorang chef itu dapat dianalogikan sebagai seorang komposer.

(Baca juga:Mulai dari Manusia Tanpa Kepala Hingga Manusia Berkepala Besar, Inilah Foto-foto yang 'Aneh Tapi Nyata')

Ketika seseorang mampu memainkan alat musik, mungkin dia dapat disebut sebagai seorang pemusik, tapi belum tentu dapat disebut sebagai seorang komposer.

Begitu juga dengan seorang koki atau juru masak. Walaupun dia memiliki kemampuan dalam memasak makanan tertentu, namun apabila dia belum pernah memimpin sebuah ‘orkestra’ dapur yang terdiri dari beberapa juru masak, maka dia belum dapat disebut sebagai chef.

Seperti halnya seorang komposer yang tidak harus memainkan semua alat musik dalam suatu orkestra, seorang chef juga tidak harus memasak semua masakan, namun dia harus mampu memasak semua masakan yang dikerjakan oleh “pasukannya” dan memastikan kualitas dari setiap masakan tersebut.

(Baca juga:Digadang-gadang Booming, Justru Inilah 5 Ponsel Tidak Laku Setelah Dirilis)

Mengenai kondisi di Indonesia, ketika para juru masak yang tampil di televisi selalu diberi atribut “chef” pada namanya, William Wongso menilai hal tersebut menunjukan bahwa gelar chef sudah diumbar. Asal bisa tampil memasak, maka dia sudah dapat disebut sebagai chef.

Tapi, menurut William, diumbarnya gelar chef tersebut lebih dikarenakan di Indonesia sebagian besar penonton televisinya “hanya” mencari hiburan semata. Bukan para penikmat kuliner yang menekankan nilai gastronomi.

Hal tersebutlah yang membuat para chef “asli” di Indonesia biasanya tidak terlalu dikenal. Kalah oleh para celebrity chef yang sering tampil di televisi.

Artikel Terkait