Find Us On Social Media :

Pesona 'Angkasa Bawah Laut'

By Jeffrey Satria, Rabu, 30 Mei 2012 | 17:05 WIB

Pesona 'Angkasa Bawah Laut'

Oleh karena itu, wajar bila baik Pinneng maupun Dewi lebih menggemari foto-foto makro. Foto-foto makro menitikberatkan pada objek-objek laut yang bentuknya kecil, seperti kuda laut, nudibranch (kelinci laut), dan ikan-ikan kecil. Tapi, sama halnya dengan foto wide angle, foto makro pun memiliki tantangan tersendiri.

Objek-objek laut bukanlah benda mati tak bergerak. Pergerakan biota laut sungguh sulit untuk diprediksi dan kecenderungan mereka untuk bergerak cepat sangatlah tinggi. Untuk itu, kesabaran adalah kunci paling utama. Selain kesabaran, teknik selam yang mumpuni wajib dimiliki. Sebab, dalam keadaan memotret biota laut, diperlukan keseimbangan atau buoyancy dari sang fotografer.

Patut diketahui bahwa keadaan di bawah air tak selamanya memungkinkan bagi para fotografer untuk mengambil foto. Saat arus bawah air begitu kencang, fotografer mau tak mau harus merelakan banyak momen-momen penting. Namun ironisnya, saat arus kencang, justru biota laut yang cantik banyak berkumpul. “Biasa kalau tempatnya banyak arus itu lebih bagus, lebih banyak ikan,” ujar Dewi yang sungguh mengagumi laut Indonesia. 

Harus punya etikaBagi para fotografi bawah laut, kemampuan menyelam dan fotografi memang penting dimiliki. Namun,  etika pun wajib dimiliki. Para fotografer bawah laut yang menyelam bersama-sama dalam satu grup besar harus memiliki etika yang benar. Etika ini sesungguhnya tak tertulis, namun wajib dipahami oleh masing-masing fotografer bawah laut.

Bagi Dewi, etika ini akan terbentuk secara alami antara para dive buddy. Dive buddy atau rekan selam akan saling memahami keinginan masing-masing jika terbiasa menyelam bersama. Memang, dalam penyelaman secara kelompok, masing-masing penyelam atau fotografer bawah laut akan berpasang-pasangan. Dalam hal ini, sesama fotografer harus saling mengingatkan, menjaga, dan tidak meninggalkan pasangannya. Bila seorang sedang memotret satu objek laut, maka pasangannya tidak boleh meninggalkannya begitu saja. Selain itu, seorang yang memahami etika tidak akan menyerobot kesempatan mengambil foto milik rekannya.

Pinneng yang telah mengambil sertifikasi hingga dive master PADI, mengatakan bahwa, etika antara dive buddy membuat kita akan lebih dihormati di kalangan sesama penyelam atau fotografer bawah laut. Bila seseorang suka melanggar etika, maka lambat laun ia akan dijauhi oleh rekan-rekan fotografer bawah laut lainnya.

Selain etika antarrekan fotografer, para fotografer bawah laut wajib untuk mentaati etika-etika bawah laut. Etika-etika seperti tidak memegang biota laut atau benda-benda laut wajib untuk ditaati. Tapi aturan ini tentu tak berlaku dalam keadaan-keadaan darurat seperti saat arus kencang. “Sometimes kalau arus kencang, ya kita gak bisa apa-apa lagi, jadi harus pegangan ke koral atau karang,” ujar Dewi yang telah mengambil sertifikasi advanced PADI.

Mengabadikan keindahan dan kemisteriusan angkasa bawah laut boleh jadi tantangan melelahkan bagi Pinneng dan Dewi. Namun, pesona bawah laut ternyata mampu membius dan membuat mereka seakan kecanduan. Apalagi dengan keindahan bawah laut milik Indonesia. Baik Pinneng maupun Dewi mengaku bahwa pemandangan bawah laut Indonesia adalah yang terbaik. “Aku berharap agar underwater photographer Indonesia bisa mengalahkan underwater photographer luar, karena dari alamnya, kita ini sudah ada alias sudah punya diving spot yang bagus,” ujar Dewi.

Jadi, bukankah 'angkasa bawah laut' milik kita lebih pantas diabadikan? Yuk, mari!