Penulis
Intisari-Online.com - Para ayah di Filipina yang tidur di tempat tidur ataupun ruangan yang sama dengan anaknya akan mengalami penurunan testoteron (sering disebut hormon kejantanan) dibandingkan para ayah yang tidur di tempat tidur maupun ruangan yang berbeda dengan anaknya. Namun, saat bangun, tingkat testoteron ini kembali naik.
Temuan yang didasari penelitian yang dilakukan selama empat tahun ini memang belum tentu mewakili seluruh ayah di dunia. Namun, setidaknya temuan ini mampu mematahkan anggapan selama ini yang menyatakan bahwa hanya tubuh ibu saja yang beradaptasi saat merawat anak. Apalagi, penelitian ini juga selaras dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa seseorang pria yang baru saja menjadi ayah akan mengalami penurunan testoteron sekitar 30 persen.
“Hal ini menunjukkan bahwa ikatan ayah-anak merupakan kisah yang mendalam bagi umat manusia,” ujar Lee Gettler, antropolog dari University of Notre Dame. Menurutnya, bagi beberapa orang, anggapan bahwa menjaga anak merupakan bagian dari maskulinitas dan kejantanan bukanlah sesuatu yang baru. “Hal ini ditambah dengan semakin banyaknya bukti biologis,” ujar Gettler.
Berkurangnya jumlah testoteron juga dianggap membantu proses transisi seorang ayah. Sikap seorang pria yang biasanya selalu “bersaing” dengan pria lain atau melakukan perilaku-perilaku berisiko berubah menjadi seorang pria yang lembut untuk merawat seorang anak. Sebuah temuan yang dianggap mampu mengajak manusia melakukan definisi ulang konsep “kejantanan”.
Gettler dan beberapa rekannya memeriksa data dari Cebu Longitudinal Health and Nutrition Survey, yang merupakan kumpulan data tentang para pria di Cebu, Filipina, sejak tahun 1983. Kemudian, sebagai tahap lanjut dari survei tersebut, pada tahun 2009 para peneliti memonitor tingkat testoteron dari 362 pria yang baru menjadi ayah, sebelum dan sesaat setelah mereka bangun. (LiveScience)